Sabtu, 04 Agustus 2012

Kesungguhan dan keikhlasan


Kesungguhan dan keikhlasan adalah dua hal yang menjadi titik tolak satu dari sekian banyak maqam penghambaan kepada Allah swt., dan itupun harus mengaca pada perilaku Rasulullah saw., karena amal yang diterima disisi Allah swt. hanyalah amal yang penuh keikhlasan dan kepatuhan. Dalam beramal, seseorang harus selalu mengedepankan tujuannya yaitu hanya Allah swt. semata, serta menjauhkan dari riya’ dan sum’ah. Hal ini adalah sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan, karena kedua sifat tersebut (riya’ dan sum’ah) dapat menghanguskan pahala, meniadakan balasan dan karunia Allah swt..

Riya’ adalah sebuah penyakit kronis yang masuk ke dalam hati seseorang yang melaksanakan ibadah, masuk ke dalam hati orang alim dengan keilmuannya, masuk ke dalam hati seorang da’i dalam dakwahnya, masuk ke dalam hati seorang dermawan dalam dermanya dan masuk ke dalam hati mujahid dalam jihadnya.
Seseorang tidak dapat menghindarkan diri dari sifat tersebut kecuali dengan tiga cara, yaitu:
  1. Seseorang harus meyakini bahwa hanya ada satu dzat yang bisa mendatangkan manfaat dan mudharat, yaitu Allah swt.. Dia-lah yang bisa memberi rezeki dan menghalanginya dari seseorang. Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan semua makhluk. Dia lah yang menggenggam dan menguasai kendali semua hal.
  2. Ia harus meyakini bahwa dunia akan mengalami kehancuran. Ia juga harus yakin bahwa ia akan bertemu Tuhannya untuk mendapatkan balasan atas semua perbuatan yang sudah ia lakukan. Allah swt. akan menghitung dan mempertimbangkan semuanya. Jika seseorang berbuat baik, maka ia akan mendapatkan balasan yang baik dari-Nya. Namun, jika ia berbuat jelek, maka Allah swt. akan membalasnya dengan siksaan yang sepadan.
  3. Ia harus selalu menghadirkan keagungan Allah swt., berdoa dengan penuh keikhlasan dengan permohonan ampunan, dengan permohonan pahala, dan pembebasan dari neraka. Setiap pagi dan sore hari, ia harus selalu mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari menyekutukan-Mu dengan sepengetahuanku, dan aku mohon pengampunan dari-Mu, jika aku menyekutukanMu dengan tanpa sepengetahuanku.”

Wahai saudaraku yang mulia, hati hanya akan hidup jika kita menghambakan diri kepada Allah swt. dan menyerahkan semua urusan kita kepada-Nya. Maka, kalian harus melaksanakan tingkatan-tingkatan amal di atas dengan seksama dan penuh pengharapan. Semoga Allah swt. memberikan pertolongan-Nya kepada kita semua dalam menapaki tingkatan penghambaan kepada-Nya. Wallahu a’lam.

Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita, Muhammad swa., keluarganya dan sahabatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar