Sabtu, 29 September 2012

Tahajud

"dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji" (Al-Isra [17]: 79

diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, beliau berkata: "ketika Rasulullah saw. sedang melaksanakan shalat tahajud di malam hari, beliau berdoa, " Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkaulah Dzat yang telah menegakkan langit dan bumi beserta isinya, dan bagi-Mu puji itu, Engkaulah pemilik langit dan bumi beserta isinya, bagi-Mu segala puji, Engkaulah Dzat yang benar, janji-Mu benar, pertemuan dengan-Mu benar, firman-Mu benar, surga-Mu benar, neraka-Mu benar, nabi-nabi-Mu benar, dan Muhammad saw. juga benar. Ya Allah, kepada-Mu aku tunduk, kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku kembali, kepada-Mu aku berperang, kepada-Mu aku mengambil hukum, maka ampunilah dosaku baik yang telah lalu maupun yang akan datang, baik yang aku lakukan dengan sembunyi-sembunyi maupun yang aku lakukan dengan terang-terangan. Engkau adalah Dzat yang Mahadahulu dan Mahakekal, Tiada Tuhan selain Engkau."

dalam beberapa atsar disebutkan, barangsiapa menginginkan agar Allah swt. meringankan bebannya di hari akhir, dan meringankan tegaknya ketika berdiri di hari kiamat, maka hendaknya bangun di tengah malam (berthajud).

shalat malam bagi kita, hanyalah sebuah tebusan atas dosa-dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. tidak bisa dipungkiri, kita semua adalah manusia yang sering melakukan dosa, kesalahan dan maksiat. sebagian ulama menyatakan, hendaknya setiap orang melaksanakan shalat malam meskipun hanya sebentar, sekedar waktu memerah susu kambing. mereka juga menyatakan, shalat malam paling sedikit dilakukan adalah dua rakaat. inilah batas minimal yang bisa dianggap sebagai qiyamullail. beberapa sahabat dan tabi'in menyatakan, "dirikanlah di awal malam, atau di pertengahannya, atau di akhir malam, supaya engkau termasuk dalam firman Allah swt., "dan di akhir-akhir malam (sahur) mereka meminta ampun (kepada Allah)."" (Adz-Dzariyat [51]: 18).

alangkah mengagumkannya, mereka terjaga semalamam bersama Allah swt. dengan melaksanakan shalat malam. ketika shubuh tiba, mereka duduk meminta ampun kepada-Nya seakan semalamam penuh mereka melakukan dosa dan kesalahan. mereka adalah kaum yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, meminta ampun dan berdoa kepada Allah swt.. ketika pagi menjelang, mereka duduk meminta ampun kepada-Nya sambil mengatakan astaghfirullah. mereka tidak mengatakan alhamdulillah maupun subhanallah. melainkan mengatakan astaghfirullah. ini merupakan perwujudan perasaan berdoa dan kekurangan mereka dalam menunaikan ibadah kepada Allah swt.

menurut satu riwayat, Ibnu Ruwahah mengungkapkan sebuah syair yang berisi pujian kepada Rasulullah saw.,

di tengah-tengah kami, Rasulullah membaca kitabnya
ketika orang-orang baik bertebaran di waktu malam
semalam penuh beliau meregangkan perutnya dari tempat tidur
ketika orang-orang musyrik terbebani dengan peraduannya

tentang keutamaan shalat malam, Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits yang dianggap shahih oleh hampir semua ulama. Beliau bersabda, "hendaklah kalian mendirikan shalat malam karena ia adalah tebusan atas kesalahan dan dosa-dosa, sebagai kebiasaan orang-orang sebelum kalian, dan dapat mencegah datangnya penyakit di badan." dengan demikian, shalat malam juga akan mendatangkan kesehatan jasmani manusia, dengan izin Allah swt..

saya memohon, semoga Allah swt. menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba yang suka melaksanakan shalat malam, orang-orang yang senang melakukan shalat tahajud di waktu sahur, mereka memanjatkan doa kepada-Nya dengan penuh pengharapan dan ketakutan. seperti kata seorang penyair,

para penghamba di waktu malam
ketika malam mulai menjelang, mereka meneteskan air mata di pipinya

wallahu a'lam
semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., beserta keluarga dan sahabatnya.


Sabtu, 18 Agustus 2012

Tanda-tanda Khauf yang sebenarnya


Ada 4 tanda yang menunjukkan benarnya rasa khauf yang tertanam dalam lubuk hati seseorang, yaitu:

Pertama, adanya kesesuaian antara lahir dan batin

Artinya, perbuatan dan hati seseorang tidak saling bertentangan, amal lahiriyahnya tidak lebih baik dari pada batiniyahnya. Dalam Sunan Tirmidzi diriwayatkan, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah swt. berfirman dalam hadits Qudsiy, ‘Kelak akan ada kaum yang memperlihatkan kepada manusia, kekhusyukan dan ketenangan mereka. Meraka memakai kulit kambing sebagai tanda rendah hati. Mulut mereka lebih manis daripada madu, namun hati mereka jauh lebih pahit daripada empedu. Demi diri-Ku, aku pasti akan menurunkan fitnah-Ku kepada mereka yang akan membuat mereka kebingunan. Akankah mereka berusaha menipuku, ataukah mereka mencoba melawan kehendak-Ku?’”

Kami berlindung kepada Allah swt. dari lahir yang baik dan bathin yang busuk.

Kedua, jujur kepada Allah swt. dalam ucapan dan sikapnya

Dan kejujuran di sini tidak terbatas pada kejujuran hati saja. Para ulama berkata, “Ada 3 tingkatan kejujuran, yaitu kejujuran dalam bersikap, kejujuran dalam perbuatan dan kejujuran dalam ucapan.”

Allah swt. berfirman, “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang mereka kerjakan.” (Hud [11]: 15-16)

Ketiga, menyesali kejelekan dan bergembira atas amal baik yang telah diperbuat

Kepada para tentaranya, Umar r.a. berkata, “Wahai para manusia, barangsiapa bergembira dengan kebaikan dan menyesali kejelekannya, maka ketahuilah, bahwa engkaulah seorang mukmin sejati jika engkau menyesal dan bersedih atas kejelekan yang telah engkau perbuat kepada Allah.”

Allah swt. berfirman, “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu mohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal." {Ali-Imran [3]: 135-136)

Keempat, hendaknya hari ini lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini

Barangsiapa selalu meningkatkan amal baiknya seperti ini, maka itu adalah salah satu tanda kejujuran, kebenaran dan khauf yang sejati. Sebaliknya, jika hari kemarin lebih baik daripada hari ini, dan hari ini lebih baik daripada hari esok, maka ia bagai orang yang tertatih dan hatinya telah ternodai kedustaan.

Maka, kita harus meluruskan hati kita kepada Allah swt. dengan sebenar-benarnya khauf. Ibnu Taimiyyah berkata, “Batasan khauf adalah apa saja yang menghalangimu dari perbuatan dosa, dan engkau tidak butuh yang lebih daripada itu.” Sebagian ulama mengatakan,”Khauf kepada Allah swt. adalah ketika engkau duduk sendirian, maka engkau membayangkan seakan Allah swt. menampakkan diri-Nya kepada manusia dari atas ‘arsy-Nya.”

Sementara itu, seorang shalih berkata, “Khauf adalah ketika engkau mampu membayangkan bahwa engkau sedang terpanggang dalam api neraka, atau ketika engkau merasa tidak mampu lagi berucap sesuatu, termasuk kalimat la ilaha illallah.”

Allah swt. berfirman, “Dan ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua, dan tidak diterima dari yang lain.” (Al-Maidah [5]: 27)

Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw. keluarga dan sahabatnya.

Jumat, 17 Agustus 2012

Beberapa faktor yang menyebabkan hilangnya khauf


Sebagaimana yang diungkapkan para ulama, ada 4 hal yang menyebabkan seseorang tidak bisa merasakan khauf kepada Allah swt.

Pertama, lupa.

Ketika sifat ini  sudah tertanam dalam hati seseorang, maka ia tidak akan mampu lagi berbuat dengan benar. Ia tidak akan mampu merasakan arti dzikir dan tidak akan memahaminya. Allah swt. telah menyebutkan dalam firman-Nya, bahwa sebagian manusia mempunyai hati yang tidak bisa memahami, telinga yang tidak bisa mendengar, dan mata yang tidak bisa melihat.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Qâf [50]: 37)

Semua manusia dikarunia hati. Diantara mereka memiliki hati yang hidup dengan berdzikir kepada Allah swt., sedang sebagian yang lain memiliki hati yang mati, gelap dan terkunci. Sebagaimana firman-Nya, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad [47]: 24)

Jika lupa kepada Allah swt. telah mengakar dalam hati seseorang, maka hati tersebut tidak akan mampu lagi mengingat janji dan berdzikir kepada-Nya. Tiada arti sama sekali ketika engkau berusaha menasihatinya, karena hati yang jauh dari Allah swt. tidak mau mendengar nasihat dan memahaminya. Hati tersebut telah tertutup, terkunci dan terjauhkan dari kebenaran tanpa ada kemungkinan sembuh.

Kedua, maksiat.

Hal yang paling kuat menghalangi seseorang dari cahaya petunjuk Allah swt. adalah kemaksiatan. Allah swt. berfirman, “Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya Allah, maka tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (An-Nûr [24]: 40)

Ketika maksiat telah mendarah daging dalam hati seseorang, maka hati akan menjadi keras dan berkarat. Hati akan menjadi sempit, dan tertutup dari hidayah Allah swt.. Tertutupnya hati dari hidayah Allah swt. inilah yang pada akhirnya akan mengantarkan seseorang menuju pintu kekufuran. Hati yang berkarat akan menyebabkan seseorang menjadi hamba yang fasik. Sementara kejenihan hati akan mengantarkan seseorang kepada keimanan.

Dalam kitab shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wahai para manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya. Karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah lebih dari seratus kali dalam sehari.”

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Al-Aghra al Muzani, Rasulullah juga bersabda, “Wahai para manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya, karena sesungguhnya hatiku akan menjadi keras ketika aku tidak meminta ampunan kepada-Nya seratus kali dalam sehari.”

Tentang kerasnya hati, Allah swt. berfirman, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifîn [83]: 14). Yaitu, bertumpuknya dosa yang ada dalam hati orang fasik dan kafir.

Ketiga, terlalu berlebihan dalam melakukan hal yang mudah

Perbuatan seperti inilah yang seringkali kita lakukan, seperti membanggakan dunia, memperbanyak harta, dan menomorsatukan dunia dan menduakan akhirat serta kebahagian di sisi Allah swt.

Keempat, menyia-nyiakan waktu

Bentuk perhitungan amal seorang hamba pada hari kiamat yang sangat membebaninya adalah pertanggungjawaban tentang waktunya yang disia-siakan. Kebanyakan umat Islam tidak memanfaatkan waktu dengan baik, bahkan tidak jarang dari mereka terlalu mementingkan dinar dan dirham, sehingga siang malamnya berlalu sia-sia tanpa ibadah yang bermanfaat baginya di akhirat.

Allah swt. berfirman, “Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?. Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan `Arsy yang mulia.” (Al-Mu’minûn [23]: 115-116).

Dalam shahih Bukhari, diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu olehnya; kesehatan dan waktu senggang.” Ketika Ibnu Taimiyyah ditanya tentang obat penyakit syubhat dan hawa nafsu, beliau menjawab, “Hal yang paling mungkin menyembuhkan penyakit tersebut adalah menyempurnakan kewajibanmu, secara lahir dan batin.”

Allah swt. berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” (Al-Baqarah [2]: 152).

Aku menasihatimu dan diriku sendiri agar dapat senantiasa mengisi waktu dengan berdzikir kepada Allah swt..

Kamis, 16 Agustus 2012

Faktor yang menghadirkan Khauf

Ada 4 faktor yang bisa menghadirkan rasa khauf dalam hati orang-orang yang beriman. Jika mereka mau memikirkannya, maka  keempat faktor tersebut akan membuat hati mereka tenang dan ingat akan janji dan pertemuan dengan Allah swt....

Pertama ziarah kubur, disanalah cucu, anak, orang tua, dan kakek kita dikuburkan. Di sanalah kekasih dan teman-teman kita tinggal. Karenanya, Rasulullah saw. bersabda, "Berziarahlah kalian ke kubur karena sesungguhnya kubur akan mengingatkan kalian akan kematian". Dalam riwayat Ibnu Majah redaksi hadits itu sebagaimana berikut, "Karena sesungguhnya kubur itu akan mengingatkan kalian kepada akhirat."

Rasulullah saw. berkata ketika sedang berziarah kubur, "Keselamatan atas kalian wahai perkampungan kaum mukmin. Kami insyaallah akan menyusul kalian. Semoga Allah mengasihi orang yang telah dahulu dan yang akan datang dari kalian dan kami semua."

Karena itu, seringkali kita mendapati orang-orang shalih berziarah ke kubur. Mutharrif bin Abdullah Asy-Syakhir, salah seorang yang shalih dan mulia, dalam otobiografinya menuliskan, "Dari pedalaman kota Bashrah, aku datang ke pusat kota untuk shalat jum'at berjamaah di masjid jami' Bashrah. Aku datang semalam sebelum shalat jum'at. Setiap malamnya, aku mengunjungi sebuah makam, mengucap salam kepada mereka dan mendoakan penghuninya. Kecuali pada satu malam ketika turun hujan dan suhu udara sangat dingin. Aku segera pulang ke rumahku tanpa berlama-lama berdiri di makam tersebut, tanpa salam maupun doa. Kemudian pada malam itu di dalam tidurku, aku bermimpi bertemu dengan lelaki penghuni makam tersebut. Ia berkata kepadaku, "Wahai Mutharrif, pada malam ini sungguh engkau telah menghalangi kami dari doamu. Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya. Sesungguhnya Allah menerangi kubur kami selama seminggu penuh berkat doamu."

Kedua, selalu mengingat kematian setiap pagi, sore dan ketika hendak tidur

Fatimah binti Abdul Malik, istri Umar bin Abdul Aziz r.a. menceritakan, "Setiap kali Umar hendak memejamkan mata, beliau terlihat gugup dan gusar bagai burung kedinginan. Aku bertanya, "Suamiku, mengapa engkau tidak bisa tidur?" Beliau menjawab, "Bagaimana aku bisa tidur, sementara tempat tidur ini selalu mengingatkanku akan kubur?"

Dalam salah satu riwayat yang bersumber dari Sufyan Ats-Tsauri, Adz-Dzahabi bercerita, pada suatu saat Sufyan sedang membaca ayat, "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk kubur" (At-Takatsur [102]: 1-2)

Mulai dari shalat isya' sampai datangnya waktu subuh. Ketika beliau hendak tidur, beliau berkata, "Bagaimana aku akan tidur, sementara kubur seakan di depanku?"

Ketiga, selalu mengingat bahwa siksa Allah swt. sangatlah pedih

Dan ketika Allah swt. memegang seorang hamba, maka ia tidak akan bisa melepaskan diri. Selalu ingat bahwa jika Allah swt. menyiksa para pendosa, maka Dia akan menyiksa mereka dengan siksa yang teramat pedih dan memilukan.

Umar bin Khathab r.a. menulis sebuah surat edaran kepada para pegawainya yang berisi, "Ketahuilah bahwa Allah adalah Dzat yang Mahapedih siksa-Nya. Apa kalian lupa?" Umar bin Abdul Aziz r.a. berkata kepada 'Ady bin Artha'ah, "Mahasuci Allah, siapa yang membuatmu berbuat zalim dan semena-mena seperti ini? Tidakkah engkau mengingat akan siksa Allah yang sangat pedih."

Jika takut kepada Allah swt. dan selalu mengingat siksa-Nya adalah faktor ketiga yang bisa mewujudkan rasa khauf dalam hati seseorang.

Keempat, selalu merasa diawasi Allah swt..

Ibnu Taimiyyah berkata, "Hati adalah rumah Allah swt.. Dan hati tidak akan mungkin baik, atau jujur atau tetap hidup bersama Allah swt., kecuali jika ia merasa bahwa Allah swt. senantiasa mengawasinya."

Imam Ahmad bin Hanbal misalnya, ketika beliau duduk bersila sendirian di dalam rumahnya, beliau akan terlihat sangat khusyu' dan tenang. Orang-orang kemudian bertanya, "Mengapa ketika engkau duduk bersama orang lain, engkau tidak khusyu' dan tenang, sementara ketika engkau duduk sendirian engkau terlihat khusyu'?" Beliau menjawab, "Aku adalah teman duduk orang yang mengingat-Ku.' Jadi, bagaimana aku akan berbuat tidak sopan di depan-Nya?"

Faktor yang keempat ini adalah faktor yang paling cepat dalam mengatar seseorang ke tingkat khauf kepada Tuhannya. Seseorang harus selalu mengingat bahwa mata dan pengawasan Allah swt. selalu bersamanya, "Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sungguh Ia melihatmu."

Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw. keluarga dan sahabatnya.

Jumat, 10 Agustus 2012

i'tikaf dan lailatul qadr

kultwit by Felix Siauw


I’tikaf berasal dari kata 'akafa yang artinya menahan di dalamnya atau menetapi sesuatu. Makna syariat i’tikaf adalah berdiam diri dalam masjid sejenak dalam kondisi yang dikhususkan, niat mendekatkan diri pada Allah. I’tikaf bisa dilakukan di sepanjang waktu dalam satu tahun, tidak dibatasi kapan, hanya pada bulan ramadhan, lebih diutamakan. Tidak ada perbedaan ulama, bahwa i’tikaf hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang kuat), terutama pada 10 hari terakhir ramadhan. Dari Aisyah ra, 

"bahwa Nabi biasa i’tikaf pada 10 hari terakhir ramadhan, hingga Allah Swt. Mewafatkannya" (HR Bukhari Muslim). 

Mayoritas ulama fiqh juga menyampaikan bahwa setiap Masjid layak dilakukan i’tikaf didalamnya, lebih utama bila ia Masjid Jami'. 

"Janganlah kamu campuri mereka itu (isteri-isterimu), sedang kamu i’tikaf dalam masjid" (QS 2: 187), itulah dalil i’tikaf di masjid. 

Memulai i’tikaf bisa kapanpun, Rasul biasa memulai saat shalat shubuh, namun itu tidak menjadi batasan, boleh pagi, siang, sore, malam. Tentang jangka waktu i’tikaf, pendapat paling kuat adalah yang mengatakan bahwa i’tikaf minimal dengan waktu yang bisa disebut berdiam diri. Jadi, walau hanya dari maghrib - isya kita menanti di Masjid dan berdiam diri disana, itupun sudah termasuk i’tikaf bagi kita. Saat i’tikaf, boleh untuk keluar Masjid untuk keperluan syar'I,  misal: mandi, buang air kecil, buang air besar dan semisalnya. Membawa kasur untuk tidur di Masjid saat i’tikaf juga dibolehkan, mengunjungi istri di Masjid dan berduaan dengannya pun boleh. dari Aisyah, 

"Nabi saw menjulurkan kepalanya padaku saat i’tikaf di Masjid, aku menyisirnya padahal aku sedang haid" (HR Bukhari). 

Artinya Rasul menjulurkan kepalanya keluar Masjid dan Aisyah menyisirnya (sedang badannya tetap di Masjid), i’tikaf sah saja begitu. Bagi Masjid yang tidak menyediakan makanan berbuka ataupun sahur, boleh pula istrinya mengantarkannya ketika sedang i’tikaf. Yang membatalkan i’tikaf adalah: 

1. Jima' (bersetubuh) dengan istri 
2. Keluar dari Masjid tanpa ada keperluan yang syar'i. 

Saat i’tikaf lakukan amal-amal salih sebanyaknya, seperti mengkaji Al-Qur'an dan Al-Hadits, berdzikir, berdoa, bershalawat dan semisalnya. Pada malam harinya perbanyak qiyamullail dengan shalat malam dan tadarus Al-Qur'an. Hidupkan malam-malam i’tikaf dengan ibadah, apalagi di dalam Ramadhan ada malam yang lebih baik dari 1000 bulan (lailatul qadr).

Bagi yang menghidupkan malam dengan ibadah,  "diperlihatkan padaku lailatul qadr, lalu aku dilupakan tentangnya, carilah pada malam-malam ganjil 10 hari terakhir" (HR Bukhari Muslim). 

Dari Abu Said ra, Rasul bersabda, "maka carilah (lailatul qadr) pada kesembilan, ketujuh, kelima (hari yang tersisa)... (HR Muslim). 

Dari Ibnu Umar, Rasul bersabda, "barangsiapa yang ingin mencarinya (lailatul qadr), carilah pada 7 hari terakhir" (HR Bukhari Muslim). 

"cari lailatul qadr pada 10 hari terakhir, jika salah seorang dari kalian lemah, jangan dikalahkan pada 7 hari yang tersisa" (HR Muslim). 

Kesimpulannya, dari banyak hadits, kita dapatkan lailatul qadr sangat mungkin terjadi di hari-hari ganjil pada 10 hari terakhir ramadhan. yaitu tanggal 21, 23, 25, 27, 29 Ramadhan. Lebih aman lagi, perbanyak qiyamul lail pada 10 hari terakhir, mesti dapet lailatul qadr. Apa saja yang dilakukan dalam rangka berburu lailatul qadr di 10 hari terakhir? 

Tentu amalan yang menghidupkan malam. Perbanyaklah sedekah 10 hari terakhir ini, perbanyak shalawat dan doa, dzikir dan shalat, juga tadarus Al-Qur'an, jangan lengah lalai. Hidupkan malam dengan tahajjud, shalat jangan sampai terburu-buru, ingat bahwa lailatul qadr juga ditentukan kualitas ibadah. 

Satu waktu Aisyah pun bertanya pada Rasulullah "jika aku menjumpai lailatul qadr apa yang harus aku ucapkan?". Nabi bersabda, "katakan 'Allahumma innaka afuwun, tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni" (HR Ahmad). Artinya "Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, yang senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku". 

Berikut pula ciri-ciri lailatul qadr yang pernah disampaikan oleh Rasulullah. “(lailatul qadr) adalah malam yang sejuk, tidak panas dan tidak dingin, pada pagi harinya matahari berwarna merah lemah (HR Abu Dawud). 

"ciri lailatul qadr adalah bahwa malam tersebut bersih berseri, seolah ada purnama yang bersinar, terang tenteram, tidak dingin dan juga tidak panas, dan tidak boleh ada bintang dilemparkan di malam itu hingga pagi, bahwa matahari di pagi harinya keluar dan bertahta tanpa cahaya, seperti rembulan di malam purnama" (HR Ahmad). 

Bagi yang memulai puasa Jum'at 20/07, maka semalam adalah tgl 21 ramadhan, yang mulai puasa Sabtu 21/07, maka malam ini adalah tgl 21 ramadhan. Tiada perlu dihitung-hitung, Lailatul qadr akan kita dapatkan bila kita selalu qiyamul lail 10 hari terakhir ini. InsyaAllah,  doakan umat agar segera bangkit, doakan Islam agar kembali memimpin, dan doakan kita termasuk barisan pejuangnya!. Ya Allah, karuniakan kami kekuatan dan keistiqamahan beribadah agar dapatkan lailatul qadr di tahun ini.

Sabtu, 04 Agustus 2012

Kesungguhan dan keikhlasan


Kesungguhan dan keikhlasan adalah dua hal yang menjadi titik tolak satu dari sekian banyak maqam penghambaan kepada Allah swt., dan itupun harus mengaca pada perilaku Rasulullah saw., karena amal yang diterima disisi Allah swt. hanyalah amal yang penuh keikhlasan dan kepatuhan. Dalam beramal, seseorang harus selalu mengedepankan tujuannya yaitu hanya Allah swt. semata, serta menjauhkan dari riya’ dan sum’ah. Hal ini adalah sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan, karena kedua sifat tersebut (riya’ dan sum’ah) dapat menghanguskan pahala, meniadakan balasan dan karunia Allah swt..

Riya’ adalah sebuah penyakit kronis yang masuk ke dalam hati seseorang yang melaksanakan ibadah, masuk ke dalam hati orang alim dengan keilmuannya, masuk ke dalam hati seorang da’i dalam dakwahnya, masuk ke dalam hati seorang dermawan dalam dermanya dan masuk ke dalam hati mujahid dalam jihadnya.
Seseorang tidak dapat menghindarkan diri dari sifat tersebut kecuali dengan tiga cara, yaitu:
  1. Seseorang harus meyakini bahwa hanya ada satu dzat yang bisa mendatangkan manfaat dan mudharat, yaitu Allah swt.. Dia-lah yang bisa memberi rezeki dan menghalanginya dari seseorang. Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan semua makhluk. Dia lah yang menggenggam dan menguasai kendali semua hal.
  2. Ia harus meyakini bahwa dunia akan mengalami kehancuran. Ia juga harus yakin bahwa ia akan bertemu Tuhannya untuk mendapatkan balasan atas semua perbuatan yang sudah ia lakukan. Allah swt. akan menghitung dan mempertimbangkan semuanya. Jika seseorang berbuat baik, maka ia akan mendapatkan balasan yang baik dari-Nya. Namun, jika ia berbuat jelek, maka Allah swt. akan membalasnya dengan siksaan yang sepadan.
  3. Ia harus selalu menghadirkan keagungan Allah swt., berdoa dengan penuh keikhlasan dengan permohonan ampunan, dengan permohonan pahala, dan pembebasan dari neraka. Setiap pagi dan sore hari, ia harus selalu mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari menyekutukan-Mu dengan sepengetahuanku, dan aku mohon pengampunan dari-Mu, jika aku menyekutukanMu dengan tanpa sepengetahuanku.”

Wahai saudaraku yang mulia, hati hanya akan hidup jika kita menghambakan diri kepada Allah swt. dan menyerahkan semua urusan kita kepada-Nya. Maka, kalian harus melaksanakan tingkatan-tingkatan amal di atas dengan seksama dan penuh pengharapan. Semoga Allah swt. memberikan pertolongan-Nya kepada kita semua dalam menapaki tingkatan penghambaan kepada-Nya. Wallahu a’lam.

Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita, Muhammad swa., keluarganya dan sahabatnya.

Jumat, 03 Agustus 2012

Sepenggal kisah Umar

Ibnu Katsir, dalam biografi khalifah Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang sangat zuhud dan masih muda, khalifah yang memegang tampuk pemerintahan ketika usianya belum mencapai empat puluh tahun, khalifah yang dimuliakan Allah swt., dengan anugerah yang ia impikan. Dalam kisah itu, Ibnu Katsir menulis, 

"Umar bin Abdul Aziz sedang melaksanakan shalat 'Id bersama para gubernur dan pejabat dinasti Bani Umayah. Mereka menarik seekor unta untuk ditunggangi Umar. Dengan halus beliau menolak dan berkata, 'Aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanya seorang pria muslim.' Kemudian beliau berlalu. Langkah beliau terhenti ketika sampai pada sebuah kuburan. Lalu beliau berucap, 'Keselamatan, rahmat dan berkah Allah semoga menaungi kalian. Wahai, para penghuni kubur, adakah di antara kalian yang masih mempunyai pipi yang merona dan mata yang tercelak? Mengapa mereka tidak terlihat tertawa bersama orang-orang yang bergembira? Mengapa mereka tidak terlihat bermain bersama mereka yang sedang berbahagia? Mengapa mereka tidak tampak berharap bersama orang-orang itu?' Beliau berucap dengan suara melengking. Wahai kematian, apa yang sedang kamu lakukan dengan saudaraku?"

Ia menjawab sendiri pertanyaannya. Ia berkata, "Engkau dianugerahi Allah dua mata, lengkap dengan dua bola mata di dalamnya. Engkau juga diciptakan-Nya bisa menggerakkan dua telapak tanganmu dari kedua hastamu, kedua hasta dari kedua lengan, kedua telapak kaki dari kedua betis, dan kedua betis dari kedua lutut."

Tiada rumah yang bakal ditempati seseorang setelah kematiannya,
kecuali rumah yang ia bangun (dengan amalnya) sebelum mati 
Jika ia membangunnya dengan kebaikan, ia akan menenpati rumah yang indah
namun jika ia membangunnya dengan kejahatan, ia akan menempati runah yang reyot

Harta yang dulu kita kumpulkan, akan berpindah tangan kepada ahli waris kita,
Dan rumah yang dulu kita bangun akan hancur karena kematian kita
Maka, beramallah untuk hari esok dengan mencari keridhaan Allah sang Pencipta.
Tentu Muhammad akan menjadi tetanggamu, dan Allah yang akan membangunnya (rumah)        untukmu
Istana-istana berlapis emas, bertanah misik dan berumput za'faran yang tumbur subur di sana"

Setiap orang yang ingin beramal, maka ia harus beramal demi mendapatkan kebahagiaan di hari kekekalan, rumah kesucian, rumah kehidupan sejati yang tidak ternodai dengan kesusahan, kesengsaraan, dan kesedihan. Dan barangsiapa menginginkan itu semua, maka tiada jalan lain baginya kecuali dengan mengendarai 'kendaraan' takwa.

"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa" (Al-Baqarah [2]: 197)

Minggu, 22 Juli 2012

Fase - fase para perambah jalan Tuhan

Saudaraku yang terhormat, sesungguhnya kedudukan yang paling mulia adalah penghambaan diri kepada Allah, sebagai hamba yang mengabdikan diri kepada-Nya. Pengabdian ini adalah kemuliaan hakiki yang akan kamu raih, baik di dunia maupun di akherat kelak. Dengan alasan ini pula, Allah swt. menyebut nama Muhammad saw. pada tempat yang paling terhormat, dengan panggilan, julukan dan sifat-sifat yang sempurna. Allah swt. menyebut Muhammad dalam Al-Qur'an sebagai seorang "hamba", sebagaimana kisah Isra' dan Mi'raj, Allah swt. berfirman, 

"Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha." (Al-Isra' [17]: 1), 

"Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam." (Al-Furqan [25]: 1), 

"dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdirih menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya." (Al-Jinn [72]: 19)

Maka sesungguhnya kemuliaan kamu di dunia adalah penghambaanmu kepada Allah swt..

Sesuatu yang menambah kemuliaan dan keagunganku, serasa telapak kakiku menginjak bintang tsurayya. Keikutsertaanku dalam panggilan-Mu 'wahai hambaku', serta berkenannya Engkau menjadikan Ahmad sebagai Nabi bagiku.

Maksudnya, keikutsertaanmu dalam golongan hamba-hamba Allah swt. yang dipanggil-Nya dengan menggunakan ya 'ibadi (wahai hambaku). 

Janganlah Engkau memanggilku selain dengan 'Wahai hambaku' karena panggilan itu adalah namaku yang paling mulia.

Kekuatan terhebat dan kemuliaan yang paling sempurna adalah penghambaan diri kepada Allah swt.. Dia-lah    tempat kita bersandar dan mengadu. Dia-lah Tuhan yang diharapkan, kekuatan yang tidak akan terkalahkan dan tidak akan hancur.

"Berpegang teguhlah pada tali Allah sebisa mungkin, karena Dia-lah sandaran ketika sandaran-sandaran lain mengkhianatimu"

Ibnu Katsir menyebutkan salah satu riwayat dari seorang ahli ibadah yang sangat alim, zuhud dan ma'rifat bernama Thawus bin Kisan. Beliau bercerita, "Suatu saat aku masuk Masjidil Haram dan shalat dua rakaat di samping maqam Ibrahim, tiba-tiba Hajjaj bun Yusuf Ats-Tsaqafi bersama pengawalnya datang sambil menenteng pedang. Sesaat kemudian, aku mendengar suara berisik di belakangku, aku menengok kebelakang. Ketika itu aku melihat Hajjaj dan pengawalnya sedang melaksanakan shalat di samping maqam Ibrahim. Ketika Hajjaj baru menyelesaikan dua rakaat, tiba-tiba datang seorang Badui dari Yaman dan berjalan di depan Hajjaj sambil mengibaskan bajunya dengan kurang sopan dan menjatuhkannya di samping Hajjaj.

Kemudian Hajjaj memungut baju Badui tersebut dan bertanya, "Siapa kamu?"
"Aku seorang muslim," jawab lelaki Badui tersebut.
"Dari mana asal kamu?"
"Aku penduduk Yaman."
"Mengapa kamu meninggalkan saudaraku?" Hajjaj bertanya lagi.
"Siapa nama saudaramu?" Lelaki Badui itu balik bertanya.
"Saudaraku bernama, Muhammad bin Yusuf, ia adalah seorang yang zalim sebagaimana Hajjaj dan ia mengambil alih kepemimpinan Yaman dari tangan Hajjaj,? Jawab Hajjaj.
"Aku meninggalkannya dalam keadaan sehat, tubuhnya gemuk dan perutnya besar," jelasnya.
"Aku tidak bertanya kepadamu tentang kesehatannya, tapi aku bertanya tentang keadilan dia," sahut Hajjaj
"Dia adalah seorang pemimpin yang sadis dan zalim," jawab lelaki Badui itu
"Apakah kamu tidak mengetahui kalau dia saudaraku?"
"Wahai Hajjaj, apakah kamu menyangka bahwa dia menjadi mulia karena dirimu dibanding dengan kemuliaanku di sisi Allah swt.?"

Pada waktu itu, tak satu rambut pun di kepalaku yang tidak berdiri ketakutan, kata Thawus mengakhiri cerita.

Itulah hakikat penghambaan diri kepada Allah swt.. Itulah kekuatan orang yang beriman ketika tidak ada penolong dan tempat bersandar selain kepada-Nya.

Sabtu, 21 Juli 2012

Tarawih, Tahajud & Witir


Tarawih adalah shalat malam yang khusus hanya ada di bulan ramadhan, dalilnya banyak dan jelas, Rasulullah pun melakukannya. Apakah tarwih 11 rakaat atau 23 rakaat?, yang manapun boleh, yang paling afdhal adalah ikuti yang jadi imam. "orang yang shalat tarawih mengikuti imam sampai selesai, ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk” (HR Tirmidzi). 

Jadi mau 11 rakaat, mau 23 rakaat, boleh aja, yang penting ikuti imam tarawihnya, imam 11 rakaat kita ikut, imam 23 rakaat kita ikut,  karena Rasul pernah tarawih 11 rakaat, Umar ra tarawih 23 rakaat , dan yang Umar ra. lakukan bukan bid'ah, dia lakukan ada dalilnya. Jadi boleh-boleh aja. 

Yang nggak betul kalo tarawihnya 23 rakaat tapi kayak lomba lari, al-fatihah satu isapan napas selesai,  nah ini nggak tepat. Tarwih asal katanya "berhenti sesaat" atau "santai", begitulah Rasul dan para sahabat tarawih, santai dan tidak buru-buru. Jadi mau 11 rakaat, mau 23 rakaat, disilahkan, yang penting ikut tarawih dan nggak buru-buruan. 

Adapun tahajjud, ialah shalat malam yang lain lagi, tahajjud boleh dilakukan di selain ramadhan, dan juga di ramadhan, sebagai tambahan ibadah. Jadi setelah tarawih, lalu tidur, bangun mau tahajjud lagi silahkan aja, bagus banget. Pertanyaannya, gimana witirnya? kan katanya witir penutup shalat? 

Witir artinya ganjil, shalat witir ialah shalat sunnah muakkad antara isya - fajar, dan penutup daripada shalat malam. Dalilnya sabda Rasul, “jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR Bukhari Muslim). Witir ini boleh 1, 3, 5, 7, atau 9 rakaat. dan walau witir adalah penutup shalat, bukan berarti nggak boleh shalat sunnah lagi. Maksud dalil witir itu "penutup" adalah setelah lakukan shalat malam ya sunnahnya ditutup witir. 

Jadi pas tarwih boleh aja ditutup witir, lalu tahajjud lagi setelah tidur  dan witirnya nggak perlu diulang lagi. karena ada sabda Nabi "tidak boleh ada dua witir dalam satu malam” (HR Tirmidzi), jadi witir cukup sekali aja. Dalil boleh shalat setelah witir ini, karena Rasulullah pernah shalat 8 rakaat, lalu witir 1 rakaat, lalu lanjut lagi shalat 2 rakaat. "bahwa Nabi saw pernah melakukan shalat 2 rakaat sambil duduk setelah melakukan witir" (HR Tirmidzi). Ini dalilnya "siapa diantara kalian yang khawatir tidak bangun di akhir malam, maka berwitirlah di awal malam lalu tidurlah, ...” (HR Tirmidzi). Juga ada hadits yang sebutkan Rasul bercakap dengan Umar yang witir di akhir malam, dan Abu Bakar yang witir di awal malam, maka boleh aja.

ulama 4 madzhab pun memilih pendapat, bahwa boleh hukumnya lakukan shalat sunnah setelah witir, termasuk lakukan tahajjud. Jadi ringkasannya, boleh lakukan tarawih+witir jamaah sama imam (afdhal nih) lalu abis tidur tahajjud lagi, nggak pake witir. Witir sendiri kalo 3 rakaat bisa 3 rakaat sekaligus salam, boleh juga 2 rakaat salam +1 rakaat salam (ini lebih afdhal). 

Sunnah surah bacaan witir, membaca surat al-a’laa pada rakaat 1, surat al-kafirun pada rakaat 2, surat al-ikhlas pada rakaat 3. "Rasulullah saw shalat witir dengan membaca (Sabbihismarabbikal a’laa), (Qul yaa ayyuhal kafirun), dan (Qul huwallahu ahad)" (HR An-Nasai) atau membaca surat al-a’laa pada rakaat 1, surat al-kafirun pada rakaat 2, surat al-ikhlas, al-falaq, an-nas pada rakaat 3. 

Selamat menikmati ibadah2 malam di bulan ramadhan, semoga kita diantar menjadi hamba yang menang. 

sumber: kultwit felixsiauw

Ramadhan 1433H


Begitu banyak acara hedonanarsis TV mengganggu kekhusyukan puasa, padahal itu hanya rekaman, dan publik tertipu seolah live. Padahal para aktor saat real time itu sedang tahajud, ngaji, sementara puluhan juta pemirsa terhipnotis tayangan hedonnarsis mereka. Momentum saur sangat strategis, sholat malam untuk “online” isro ke ka'bah, mi'raj ke SM sengaja diganggu antek KG dengan tayang hedonnarsis. Rasulullah kakinya bengkak kebanyakan sholat malam saat saur, ummatnya perutnya bengkak kebanyakan makan saur, ironis. Rasulullah saur beberapa butir kurma supaya siang lapar dahaga inget Allah, ummatnya saur beberapa piring agar siangnya gak lapar, ironis! Rasulullah melaparkan diri saat puasa supaya qolbunya berdzikir ingat Allah, ummatnya saat lapar berpuasa kebanyakan ingat kolak. Rasulullah saat lapar puasa, matanya digunakan buat mengaji, ummatnya supaya laparnya ga kerasa malahan matanya buat nonton tv hedonnarsis. Mengapa demikian? 

Hati manusia telah dijajah agen "KG" dengan bisikan halus agar nonton tv saja daripada ngaji, dzikir qolbu, beramal. Bisikan triliunan setan agen "KG" yang sangat cerdas, kuat, ga pernah mati, ga berwujud, beranakpinak sembunyi dihati, membangun istana megah. Dari istana megah yang ada dihati miliaran manusia, "KG" saling berkomunikasi, berkonspirasi, mengadu domba denga cara yang sangat sulit terdeteksi. Istana setan dihati dengan alat komunikasi sangat canggih, berbisik menggoda dengan kekuatan dentuman yang sangat besar tiada henti. 

Dentuman setan dihati yang tiada henti hanya sesekali ditangkal dengan letusan keciill dzikir qolbu, sesekali ngaji, setahun sekali puasa? Karena ummat beragama hanya sesekali mengantisipasi serangan setan, Konspirasi setan yang masuk dihati para agen KG selalu menang. Hidupkan dzikir hati-qolbu setiap saat di mana & kapanpun, agar istana setan dihati mampu dilumpuhkan. Masalahnya seberapa kuat amunisi kita? Amunisi manusia yang satu tahun sekali berpuasa, ngaji, dzikir, padahal setan selama 12 bulan telah membangun benteng pertahanan, persenjataan canggih dihati! Manusia yang saurnya kekenyangan, siangny mikir kolak, malamnya ga ngaji, ga sholat malam, mampu menghancurkan istana setan dihati? 

Ingatlah bahwa megatriliun setan diseluruh alam semesta saling berkonspirasi, ngetweet menginformasikan segala kelemahan JURAGAN nya. Istana setan dihati menginfokan pada komandan IBLIS yang sangat lihay melihat kelemahan masing2 manusia, kemudian dia menugaskan taklukan manusia. Tanpa bantuan Allah swt., maka sangat sulit manusia mampu mengalahkan setan, buktinya iman yang naik turun, kadang menang, tapi banyak kalahnya. Ada bantuan sangat strategis dari Allah SWT untuk mengalahkan setan dihati yaitu LQ.

Itu sebabnya mengapa kita harus puasa ramdahan agar dapat LQ! Titik LQ itulah yang harus manusia raih, karenanya berpuasalah dengan benar, ikuti kebiasaan Rasulullah, agar kelak dipertemukan dengan LQ. Memperoleh LQ adalah kulminasi esensi tertinggi nilai puasa Ramadhan, bukan pada lebarannya. Kebanyakan kita terkecoh, saat LQ hadir di 10 malam terakhir, manusia sudah mikir lebaran, baju, kueh, mudik, tarwih sepi, nonton TV dibanyakin. 

Akhirnya manusia rugi, karena seharusnya dapat pahala 1000 bulan yang amat strategis, cuma dapat baju baru, kue, hedonanarsis saat lebaran. Setelah puasa selesai, habit lamapun sedikit demi sedikit terulang kembali, karena istana setan dihati tidak pernah berhasil dilumpuhkan. 

Istana setan, alat syetan canggih dihati hanya bisa lumpuh dengan kekuatan radiasi sinar LQ yang selama 1000 bulan meradiasi, menstreril jiwa kita. Maha radiasi LQ di dapat saat Jibril cs yang berkomponen NUR turun ke bumi menyelesaikan tugasnya, merenovasi, meliput kegiatan alam semesta. Berbahagialah mereka yang bangun sholat malam, terradiasi LQ selama 1000 bulan tiada henti, steril, bersih jiwanya, aman dunia akhirat. Semoga kita ga terjebak TV, media utama/online kampungan yang menjerumuskan ke hedonnarsis yang dikuasai antek KG! 

Selamat berjuang raih LQ,  amunisi anugrah Allah swt. untuk menghancurkan KG! Salam hormat. Berlatih sambil ngetweet, qolbunya diaktifkan berzikir, ingat Allah agar dibantu ngusir agen KG yang stiap saat dugem di hati! 

Memperbaiki strategi berpuasa dengan LQ sebagai momentum ramadhan tertinggi, akan membawa perbaikan significan kehidupan berbangsa!

sumber: kospirasiglobal

Sabtu, 14 Juli 2012

Jagalah Allah!

Sekiranya orang beriman menjaga semua anggota tubuhnya dan mempergunakannya untuk melakukan ketaatan kepada-Nya, maka sesungguhnya Allah swt. akan menjaganya. Dialah Dzat yang Maha Pengasih di antara para pengasih.

Wahai orang yang berkeinginan untuk mendapat penjagaan Allah, jagalah Allah!
Wahai orang yang berkeingnan untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, jagalah Allah!
Wahai orang yang berkeinginan agar terselamatkan dari marabahaya, jagalah Allah!

Inilah yang perlu kita jaga. Kita sudah mengetahui bagaimana Allah swt. menjaga hamba-Nya sebab ketakwaan dan ketaatannya. Kita juga sudah mengetahui, bagaimana kita menjaga semua organ tubuh kita. Oleh karena itu, janganlah kita melakukan kedurjanaan dan kemaksiatan kepada-Nya. Akan tetapi pergunakan semuanya untuk melakukan ketaatan kepada-Nya.

Setelah kita mengetahui, kemudian bagaiman kita melakukannya. Jagalah Allah, sebagaimana yang kita tahu, maka Allah swt. akan menjgamu dari semua yang tidak kita senangi. Janganlah kita melupakan-Nya. Jika kita melupakan-Nya, tentu Dia akan melupakan kita. Jika Allah swt. melupakan kita, maka penyesalanlah yang akan kita rasakan baik di dunia maupun kelak setelah masuk ke alam akhirat.

Saudaraku yang mulia, aku tidak bisa berbuat apa-apa dalam mengakhiri penjelasan ini kecuali satu wasiat yang yang pernah disampaikan Nabi Muhammada saw. kepada sahabat Anas r.a.. Untuk itu, aku berpesankepadamu,

Jagalah selalu (hak-hak) Allah, niscaya Ia akan menjaga dirimu, jagalah selalu (hak-hak) Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon sesuatu, maka mintalah kepada-Nya, dan apabila engkau membutuhkan pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada-Nya. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat manusia ini bersatu untuk memberikan kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali sesuatu yang bersesuaian dengan apa yang telah menjadi ketetapan Allah atas dirimu. Dan seandainya seluruh umat manusia ini bersatu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali sesuatu yang bersesuaian dengan apa yang telah menjadi ketetapan Allah atas dirimu. Pena telah diangkat dan catatan perjalanan takdir pun telah mengering.”

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Menjaga perut

Sesuatu yang harusnya dijaga setiap muslim adalah perutnya. Hendaknya ia menjaga perutnya dari makanan yang haram, sehingga ia tidak akan makan kecuali makanan yang halal dan yang diperbolehkan Allah swt..
Ia senantiasa menjauh dari sumber makanan yang haram seperti riba, menyuap, jual beli sesuatu yang haram. Ia tidak akan makan kecuali yang diperbolehkan Allah swt. dan ia juga berusaha menjaga makanannya, sehingga doa yang dipanjatkannya dikabulkan Allah swt..

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda,

Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan tidak akan menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman sebagaimana Dia perintahkan kepada Rasul, lalu beliau membacakan ayat, `Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan`” (Al-Mu’minûn [23]: 51)

Beliau juga membaca ayat,

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (Al-Baqarah [2]: 172)

Dikisahkan, ada seorang lelaki yang berada dalam perjalanan, dengan rambut terurai dan tampak tidak terurus. Ia menengadahkan tangannya seraya berucap, “Wahai Tuhan, Wahai Tuhan,” sementara makanannya haram, minumannya haram dan diberi makan dari sesuatu yang haram, lantas bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan!

Semoga shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Menjaga pandangan

Pandangan mata, berapa banyak pandangan mata yang mengkhianati hati? dan berapa banyak bencana yang bermula dari pandangan mata?

Kamu, jika membiarkan pandangan mata tentu hatimu turut melihat segala sesuatu
Kamu melihat sesuatu yang dirimu tiada kuasa untuk bersabar dan menjaga dirinya

Mata, jika dibiarkan memandang sesuatu yang haram, merupakan salah satu panah iblis. Dan barangsiapa yang memejamkan matanya dari sesuatu yang haram, maka Allah swt. menggantinya dengan manisnya iman yang tertanam dalam kalbunya.

Allah swt. berfirman,

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (An-Nur [24]:30)

Mata, jika Anda membiarkannya sesungguhnya ia adalah anak panah yang akan menancap ke hati. Salah seorang yang shalih berkata, "Berapa banyak pandangan mata yang menjerumuskan seseorang pada kehinaan, berapa banyak pandangann mata yang memasukkan seseorang ke dalam neraka, dan berapa banyak lirikan mata yang berakhir dengan penyesalan pada hari kiamat."

Sebagai seorang mukmin hendaknya juga memalingkan pandangannya dari wanita yang diharamkan, gambar-gambar yang bisa membangkitkan syahwat. Berhati-hatilah, karena sesungguhnya sangat banyak pandangan mata yang menorehkan kepiluan dan penyesalan bagi orang yang membiarkannya tanpa penjagaan.

Setiap peristiwa bersumber dari pandangan dan siksa neraka yang besar, berawal dari kejelekan yang ringan
Betapa banyak pandangan yang menusuk hati orang yang melihat, bagai menancapnya anak panah yang dilepaskan dari busurnya
Seorang hamba akan selalu bergejolak hatinya, selagi ia masih berdiri tegak dengan bisikan batinnya 
Kematiannya akan menjadi kebahagiannya, jika ia berucap selamat datang wahai kebahagiaan
Enyahlah engkau wahai kehancuran
Wahai orang yang melepaskan anak panah, engkaulah sang pembunuh, namun tidak mengena
Wahai orang yang mengedipkan mata, jagalah perilakumu agar engkau tidak menyesal

Jika seorang muslim menjaga pandangan matanya dari sesuatu yang haram dan mempergunakannya dalam ketaatan, maka Allah swt. akan menjaganya. Dan cukuplah penjagaan ini sebagai anugerah dan nikmat yang agung. Maka Allah swt. adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.



Minggu, 08 Juli 2012

Menjaga Pendengaran

Hal lain dari menjaganya seseorang terhadap Tuhannya adalah ketika ia menjaga pendengarannya. Ia hanya menggunakan pendengaran untuk mendengarkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai positif baik di dunia maupun di akhirat.

Ia mempergunakannya untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat Allah, mendengarkan pengajian, mendengarkan nasihat, juga untuk mendengarkan berita tentang kondisi umat Islam di belahan dunia.
Seorang muslim tidak akan mendengarkan sesuatu yang diharamkan Allah swt.. Ia tidak akan mendengarkan gosip dan fitnah. Ia menjauhkan telinganya dari lagu-lagu yang dilarang, dari suara musik yang melenakan, dan ia juga akan menjauhkannya dari maksiat dan perbuatan yang mendatangkan dosa.

Allah swt. berfirman,
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya iyu akan dimintai pertanggungan jawabnya.” (Al-Isrâ’ [17]: 36)

Seorang muslim menyadari bahwa pendengaran merupakan nikmat yang sangat berharga sekali dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah swt., sehingga ia menjadikan perisai antara dirinya dengan perbuatan dosa. Sebagaimana firman Allah swt.,

Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Al-Furqân [25]: 72)

Sebagaian musafir berkata, maksudnya adalah dia tidak mendengarkan perkataan yang bathil dan kotor. Ada juga yang menafsirkan bahwa maksud dari ayat di atas adalah tidak memberi persaksian atas perbuatan yang keji.

Orang yang mendengar kejelekan, ia juga sebagai pelakunya
        dan kedai makanan akan bersama dengan orang yang makan

Wâllâhu a’lam
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Sabtu, 30 Juni 2012

Menjaga Lisan

Cara seseorang yang menjaga Tuhannya, di antaranya adalah dengan menjaga lisannya. Lisan (lidah) merupakan salah satu anggota tubuh yang sangat penting sekali karena segala bentuk maksiat dan perbuatan mungkar itu bermula dari lisan.

La ilaha illallah, berapa banyak orang yang terjerembab dalam kehinaan karena lisannya, dan berapa banyak orang bergelimang noda dan dosa karena lisannya. Berapa banyak orang yang amal perbuatannya tiada arti karena sum'ah.

Rasulullah saw. bersabda kepada Mu'adz, "Wahai Mu'adz, sudikah kiranya aku beritahukan kepadamu tentang semua itu?" Mu'adz menjawab, "Iya, wahai Rasulullah" lalu Rasulullah saw. memegang lidahnya dan berkata, "Jagalah ini." Mu'adz berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita ucapkan?" Rasulullah menjawab, "Demi ibumu, tidaklah muka manusia itu akan tersungkur ke dalam neraka kecuali dari terpelesetnya lisan mereka."

Allah swt. berfirman memuji hamba-Nya yang shalih, "Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna," (Al-Mu'minun [23]:3)

"Al-Laghwu" adalah segala sesuatu yang tiada nilainya sama sekali baik di dunia maupun di akhirat, atau segala sesuatu yang membawa mudharat di akhirat.

Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang menjaga antara dua rahangnya (lidah) dan kedua kakinya (kemaluan) maka aku menjaminnya masuk ke surga."

Sungguh mengherankan sekali! Banyak manusia yang menjaga anggota badannya dan merasa berdosa atas kesalahan yang dilakukannya, tetapi mengabaikan mulutnya dan yang keluar darinya ... Jarang sekali orang memahami bahayanya lidah dan menjauhkan lisannya dari kesalahan.

Berapa banyak lisan yang mengeluarkan kata-kata yang menimbulkan dosa? Berapa banyak catatan Malaikat atas semua ucapan kotor yang dikeluarkannya, dan semua itu juga tercatat di atas lembaran yang kelak akan dilihat dan dibaca olehnya? Akhirnya, ia akan merasakan penyesalan yang mendalam, sementara rasa sesal pada saat itu tiada lagi artinya.

Jagalah lisanmu, wahai manusia
jangan biarkan ia mematukmu, sesungguhnya ia adalah ular
Berapa banyak orang yang mendekam dalam kubur, karena lisannya
ia memberanikan dirinya, hingga menghantarkannya ke liang kubur

Sekiranya tidak ada tanda-tanda yang jelas,
Tentu ucapannya cukup sebagai berita yang menyadarkanmu

Beginilah lisan-lisan mereka yang selalu dipergunakan untuk mengingat surga, berjihad dan memegang teguh agama Allah swt.

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Jumat, 22 Juni 2012

Menjaga Hati

Penjagaan Allah swt. akan diturunkan manakala seorang hamba menjaga hatinya dari segala keinginan dan sesuatu yang syubhat. Jika segumpal daging ini hilang dari seorang hamba, maka semuanya akan hilang pula. Segumpal daging ini adalah hati. Rasulullah saw. menjelaskan tentang pentingnya hati sebagaimana sabda beliau,

"Ketahuilah bahwa dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika daging itu baik, maka semua tubuh akan menjadi baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka semua tubuh juga akan rusak. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati"

Jika kamu memperbaiki hati dengan cara berdzikir dan menjalankan ketaatan, maka tangan, kaki, mata, telinga, perut dan kemaluan pun akan menjadi baik. Sesungguhnya semua manusia kelak di hari kiamat akan merasa rugi dan tidak ada yang dapat membantunya, meskipun istri, anak ataupun harta yang dimilikinya, kecuali orang yang datang menghadap Allah swt. dengan hati yang selamat (dari segala penyakitnya).

Allah swt. berfirman, "(yaitu) di hari tatkala harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (Asy-Syu'ara' [26]:88-89)

Berikut ini ada beberapa pendapat para ulama terkait dengan hati yang bersih:
  • Hati yang bersih, artinya hati yang tidak bercampur dengan berbagai keinginan dan sesuatu yang syubhat
  • Hati yang bersih, artinya hati yang tidak mengenal siapapun kecuali Allah swt.
  • Hati yang bersih, artinya hati yang dipenuhi dengan kalimat La ilaha illallah Muhammadar rasulullah
Sesungguhnya hati yang bersih adalah hati yang terhindar dari segala penyakit yang berupa segala keinginan dan sesuatu yang syubhat. Terselamatkan dari kegamangan dan segala bentuk kemusyrikan. Terselamatkan dari sifat riya', angkuh, membanggakan perbuatan baiknya, dendam, dengki. Terselamatkan dari segala bentuk penyakit hati, penuh dengan kalimat tauhid dan mengagungkan-Nya, penuh dengan keikhlasan dan kebenaran, penuh dengan kepasrahan kepada Allah swt. dan hanya bersandar kepada-Nya.Bagaikan hati Nabi Ibrahim a.s., sebagaimana yang diungkapkan Allah swt. dalam Al-Qur'an, 

"Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci." (Ash-Shaffat [37]:83-84)

Dalam ayat yang lain Allah swt berfirman, "...dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya..." (At-Taghabun [64]:11)

Dan barangsiapa yang sujud menghadap kepada-Nya, maka Allah swt. menunjukkan hatinya. Barangsiapa yang melangkahkan kakinya ke mesjid, maka Allah swt. akan menunjukkan hatinya. Dan barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya, maka Allah swt. juga akan menunjukkan hatinya.

Allah swt. tidak akan menjadikan Anda seperti orang yang duduk terlena di kafe bercanda ria, berbuat kejahatan, mendengarkan lagu-lagu cengeng dan berucap serta berbuat sesuatu yang tiada nilainya, sementara Anda melangkahkan kaki untuk menuntut ilmu, mendatangi majelis dzikir, dan berkumpul dengan orang-orang mendengarkan pengajian. Tidak, sungguh Allah swt. tidak akan menjadikanmu seperti mereka.

Adapun orang yang mendengar dan melakukan petunjuk-Nya, dia akan memalingkan dirinya dari perbuatan yang hina, dia juga merasa jijik dan menjauhinya. Karena jika tidak, perbuatan yang demikian itu amat berbahaya. Selamanya mereka tidak akan mendapat petunjuk-Nya.

Untuk itu, hendaknya orang beriman senantiasa memperhatikan hatinya dan selalu mengawasinya. Hendaknya pula ia menjauhkannya dari segala penyakit karena hati acap kali terjangkit penyakit yang tersamar, sedikit sekali ada orang yang memperhatikannya dengan jeli. Dan ketahuilah, bahwasanya perbuatan shalih itu akan dilipat gandakan Allah swt. sesuai dengan pengagungan hatinya terhadap keagungan Allah swt. dan kecintaan kepada-Nya.

Berapa banyak orang yang melakukan perbuatan shalih yang sama bentuknya, namun nilainya berbeda di sisi Allah swt., perbedaannya bagaikan langit dan bumi. Ketahuilah bahwa yang menjadi penyebab perbedaan itu adalah sesuatu yang tersimpan dalam hati masing-masing.

"Ketahuilah bahwa dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika daging itu baik, maka semua tubuh akan menjadi baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka semua tubuh juga akan rusak. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati"

Wallahu a'lam

Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., beserta keluarga dan sahabatnya.


Sabtu, 09 Juni 2012

Shalat Khusyuk

Ketahuilah bahwa kita hanya akan mampu mencapai shalat khusyuk dengan 3 cara:

1. Melaksanakan shalat tepat waktu

Allah swt. tidak akan menerima shalatmu apabila kamu dengan sengaja menundanya hingga habis waktu tanpa ada alasan yang dibenarkan secara syara'. Sia-sialah shalatmu, dan sebaliknya shalatmu justru akan dilemparkan ke mukamu sambil berkata, "Allah telah mengabaikanmu sebagaimana engkau telah mengabaikanku!' Selain itu, shalat merupakan hal pertama yang akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat kelak. Maka, barang siapa yang mau menjaganya, niscaya Allah swt. akan memelihara dirinya pada hari dimana akal dan fikiran seseorang sudah tidak lagi berfungsi. Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Ibnu Mas'ud ketika beliau ditanya tentang perbuatan apakah yang paling baik? Beliau menjawab, "Mendirikan shalat pada waktunya."

2. Mengerjakan shalat dengan berjamaah

Shalat fardhu haruslah dikerjakan secara berjamaah, kecuali karena alasan tertentu yang memang dibenarkan oleh syara'. Ketika suara azan telah memanggil dengan seruannya, "Hayya 'alash shalah ... Hayya 'alal falah .. (mari kita dirikan shalat ... mari kita gapai kebahagiaan ..)", maka segeralah bangkit dari tempat tidur dan pergilah ke masjid agar Allah berkenan menjaga dan melindungimu.

3. Melakukannya dengan khusyu' dan tadarru'

Yaitu, dengan membiarkan diri kita larut dan melebur bersama bacaan imam sambil menyimak bacaan Al-Qur'an yang sungguh luar biasa, bacaan yang mampu mengetuk pintu hati dunia. Perlu diingat sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Ibnul Qayyim r.a. bahwa kondisi seseorang di padang mahsyar pada hari kiamat kelak, sama seperti kondisi dirinya ketika sedang melaksanakan sholat.


Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Senantiasa menjaga shalat

Allah swt. telah menyebut rutinitas ibadah shalat dengan "menjaga dan memelihara". Di dalam surah Al-Ma'arij ayat 34, Allah swt berfirman, "... dan mereka-mereka yang senantiasa memelihara shalat mereka". Maka,  barang siapa yang senantiasa menjaga ibadah shalatnya, baik dari sisi ketepatan waktu, kekhusyukan, ketundukkan, maupun mendirikannya dengan berjamaah, niscaya Allah swt. akan menjaga dirinya di saat orang-orang mengalami kebinasaan dan kehilangan pegangan.

"Sesungguhnya shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar" (Al-Ankabut [29]: 45)

Ketika sedang menghadapi sakaratul maut akibat tikaman di tubuhnya, Umar bin Khaththab masih berpesan. Sambil menangis beliau berkata, "Jagalah selalu shalat kalian! Karena orang yang meninggalkan shalat tidak memiliki bagian apapun dalam Islam."

Barang siapa yang senantiasa menjaga shalatnya, niscaya Allah swt. akan menjaga dirinya. Barang siapa yang menyia-nyiakan-Nya, maka Dia juga akan menelantarkan dirinya.

Sayyidina Umar r.a. pernah menulis sepucuk surat kepada para penguasa dan gubernur saat itu. Isi suratnya adalah, "Peliharalah selalu shalat, karena ia merupakan yang pertama ada dalam Islam, juga yang terakhir hilang dari agama kalian."

Allah swt. berfirman,

"Peliharalah semua ibadah shalatmu, begitu pula shalat al-Wustha (ashar), dan berdirilah menghadap Allah dengan khusyu' ketika kalian sedang melaksanakannya" (Al-Baqarah [2]: 238)

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Bagaimana cara seorang hamba menjaga hak-hak Tuhannya?

Rasulullah saw. mengaitkan perlindungan Allah swt. terhadap hamba-Nya dengan kemampuan hamba tersebut dalam menjaga dan menunaikan hak-hak Tuhannya, sebagaimana sabda beliau,

"Jagalah (hak-hak) Allah, niscaya Dia akan menjaga dirimu"

Siapa di antara kita yang ingin menjaga dan menunaikan hak-hak Allah swt., sehingga Dia juga berkenan menjaga diri kita? Bukankah Allah swt. sendiri berfirman, 

"Inilah kiranya yang telah dijanjikan kepada kalian, hamba-hamba yang selalu kembali kepada Allah dan senantiasa menjaga hak-hak Nya" (Qaf [50]:32)

Yang dimaksud "kembali kepada Allah" disini adalah dengan banyak bertaubat, menyesal, beribadah, dan memohon ampun kepada-Nya. Sementara yang dimaksud dengan "menjaga" dalam ayat ini adalah mereka yang senantiasa menjaga batasan-batasan yang telah ditetapkan Allah swt..

Ringkasnya, yang dimaksud dengan menjaga hak-hak Allah disini adalah dengan bertakwa kepada-Nya. Takwa dalam artian,
  • Melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
  • Memasang tirai pembatas antara kita dan azab Allah swt..
  • Memposisikan Allah swt. sebagai satu-satunya Dzat yang paling kita takuti. Secara umum ketika hubungan kita dengan seseorang semakin erat, maka rasa aman pun akan semakin tumbuh. Berbeda halnya dengan kedekatan kepada Allah swt., karena semakin kita dekat dengan-Nya, maka kita akan merasa semakin takut kepada-Nya.
Allah swt. pernah mengingatkan, "Sesungguhnya mereka yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah Ulama" (Fathir [35]:28)

Ali bin Abi Thalib r.a. pernah memberikan definisi lain tantang takwa. Beliau berkata, "Takwa adalah takut kepada Allah swt. melaksanakan segala sesuatu yang datang dari-Nya, ridha dengan karunia-Nya walaupun sedikit, dan menyiapkan diri untuk menyambut datangnya kematian"

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Sabtu, 02 Juni 2012

Orang-orang yang tidak menjaga hak-hak Allah swt.

Mari kita lihat sosok Fir'aun yang pernah memimpin Mesir yang di dalamnya mengalir berbagai anak sungai. Berbagai macam buah-buahan dan kebaikan tumbuh di sana. Namun sayang, Fir'aun tidak menjaga hak-hak Allah swt., maka Allah swt. tidak berkenan memelihara dirinya. Akhirnya Allah swt. menenggelamkannya di tengah laut.

Allah swt. berfirman, "Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan. Begitu pula kebun-kebun dan tempat-tempat yang indah, serta berbagai kenikmatan yang dulu mereka rasakan. Demikianlah, dan akhirnya Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain. Maka langit dan bumi tidak sekalipun menangisi mereka, sementara (azab) mereka tidaklah ditangguhkan." (Ad-Dukhan [44]:25-29)

Begitu pula Qarun, orang yang dikaruniai Allah swt. harta kekayaan yang jumlahnya tidak bisa dibayangkan. Namun sayang, ia enggan menunaikan hak-hak Allah, tidak pula mau mendengarkan nasihat orang-orang shalih di masanya. Bahkan sebaliknya, ia berkata, "Sesungguhnya semua ini kuperoleh karena ilmu dan kemampuan yang kumiliki sendiri." (Al-Qashash [28]:78)

Ia semakin angkuh dan sombong. Akibatnya Allah swt. menenggelamkannya beserta rumah dan seluruh harta kekayaan yang dikaruniakan Allah swt. kepadanya ke dalam perut bumi. Begitulah akhir kehidupannya. Qarun harus menanggung kerugian di dunia dan kemalangan di akhirat, dan itulah kerugian yang nyata.

Pada masa dinasti Abbasiyah, tepatnya pada masa kepemimpinan Harun Ar-Rasyid, terdapat beberapa orang petinggi negara yang dikenal dengan sebutan "Al-Baramikah", Allah swt telah memberinya amanah kepada mereka harta berupa emas dan perak. Istana mereka dihiasi dengan cat warna-warni. Bahkan sebagian sejarawan menyebutkan bahwa istana mereka diberi warna yang berasal dari cat emas. Namun sayang, terlalu banyak perintah Allah swt. yang mereka abaikan. Kehidupan di dalam istana justru dipenuhi dengan berbagai bentuk kedurjanaan dan kemaksiatan kepada Allah swt.. Mulai dari nyanyian, minuman keras, hal-hal yang tidak baik, sampai shalat yang tersia-siakan. Hingga akhirnya, Allah swt. mencabut semua yang telah diberikan kepada mereka. Karena sebenarnya Allah swt. hanyalah menunda namun tidak lupa, dan sesungguhnya apabila Dia menginginkan sesuatu maka cukup mengucap 'Jadilah', maka semua akan menjadi kenyataan. La ilaha illallah ... betapa Agungnya Engkau ya Allah ...

Para petinggi tersebut harus menghadapi sebuah kenyataan pahit di pagi hari. Allah swt. jadikan orang yang paling mereka cintai selama ini justru berkuasa atas diri mereka sendiri, yaitu Harun Al-Rasyid. Dahulu, ia layaknya sahabat dan saudara. Namun akhirnya, ia murka atas perbuatan mereka. Sehingga ia kumpulkan semua pemuda dari kalangan mereka kemudian ia bunuh semuanya tepat sebelum waktu zuhur. Ia tangkap orang tua yang ada dan kemudian ia masukkan mereka ke dalam penjara. Sementara itu, anak-anak mereka dimasukkan ke dalam ruang tahanan bawah tanah. Selebihnya ia sekap kaum wanita mereka di dalam sebuah ruangan. Tangis dan derai air mata terlihat di sana-sini. 

Salah seorang diantara petinggi tersebut yaitu, Yahya bin Khalid Al-Barmaki pernah ditanya, "Apa yang menyebabkan kalian sampai seperti ini, dalam kegelapan setelah sebelumnya bergelimang kenikmatan, hidup bersama emas dan sutera, mengenakan pakaian yang indah menakjubkan?"

Sambil menangis ia menjawab, "Ini semua tak lain akibat doa yang dipanjatkan orang-orang yang terzalimi selama ini di tengah malam. Kami lalai akan doa mereka, namun Allah swt. tidak pernah melalaikannya."

Dalam salah satu hadits shahih, Rasulullah saw. pernah berpesan kepada Mu'adz, beliau berkata, "Waspadalah terhadap doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang terzalimi, karena tidak ada lagi yang dapat membatasi antara Allah dan doa yang mereka panjatkan."

Harun Al-Rasyid kemudian membunuh petinggi "Al-Baramikah". Sementara orang tua mereka yang sudah renta harus tetap tinggal di dalam penjara selama tujuh tahun lamanya. Kuku mereka terlihat panjang, dan kumisnya tak terawat karena tidak menemukan pemotong kuku ataupun pisau pencukur kumis serta siwak untuk membersihkan giginya. Mereka terpaksa harus berwudhu dan menangis di tempat yang sama, bahkan untuk membuang hajat sekalipun!. Begitulah mereka harus menjalani hidupnya di dalam penjara setelah sebelumnya tenggelam dalam kenikmatan ... setelah sebelumnya menggunakan gaun dari sutera dan pakaian yang sangat indah.

Mereka tinggal di puncak gunung yang akan melindungi
Namun ketika mereka dikalahkan, puncak yang tinggi itu jadi tak lagi berarti
Mereka harus jatuh tersungkur setelah hidup dalam kemuliaan
Terhempas ke dalam kuburan, oh ..., betapa buruknya tempat yang demikian

Allah lah sebaik-baik penolong, dan Dia lah yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang

Siapa yang mampu mengubah segalanya kalau bukan Allah? Siapa yang ditangannya terdapat kunci-kunci kenikmatan dunia kalau bukan Allah? Subhanallah!

Allah swt. titipkan kekuasaan di muka bumi ini kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah swt. juga yang mencabut kekuasaan tersebut dari siapa saja yang diinginkan-Nya. Allah lah yang memberikan kemuliaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa saja yang diinginkan-Nya.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Rindu Umar

Salah seorang sastrawan muslim pernah mengatakan, tepatnya ketika ia melihat bagaimana Israel mengepung negara-negara Islam dan merampas Al-Quds, sementara Rusia merampok Afganistan, katanya:

Wahai Umar Al-Faruq, mungkinkah engkau kembali lagi
karena pasukan Romawi telah berkuasa kembali
Awan perjuanganmu, mengacungkan senjata di dalam gua
dan prajurit-prajuritmu shalat dan bertakbir di Hittin

Dunia ini tak berarti bagimu
karena engkau ibarat Thariq bin Ziyad yang pergi dan berlabuh
Wanita Palestina harus berhias dengan celak mata penuh duka
dan di Betlehem menanti para bidadari yang sangat jelita

Jeruk Yaff telah mengering di pohonnya
apakah mungkin sebuah pohon berbuah tatkala ia berada di tangan para durjana?

Allah lah sebaik-baik penolong, dan Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabat.

Jumat, 01 Juni 2012

Shilah bin Asyim

Shilah bin Asyim pernah berperang bersama Qutaibah di Khurasan. Shilah sudah terbiasa menghabiskan waktu antara Isya dan Subuh dengan shalat, beribadah kepada Allah swt., dan menangis karenanya. Qutaibah bin Muslim pernah berkata memuji dirinya, "Segala puji bagi Allah swt. yang telah menghadirkan orang sepertimu di tengah pasukanku"

Ketika ingin menunaikan shalat malam, Shilah mengambil jubah mahalnya seharga seribu dinar dan memberinya minyak wangi. Beliau berkata, " Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahaindah dan menyukai yang indah. Jubah ini kupakai hanya karena-Mu semata". Beliau mengenakannya di waktu malam dan menanggalkannya di waktu siang.

Beliau tinggalkan pasukan dan bergegas menuju hutan ketika mereka semua larut dalam tidurnya. Beliau shalat dan menangis di sana. Semua itu beliau lakukan ketika ia berjihad fi sabilillah, dekat dengan Kabil yang telah kami sia-siakan begitu saja di saat dulu kami menyia-nyiakan kalimah La Ilaha Illallah!

Demi jiwaku, betapa indah hamparan bumi
Betapa menawan padang rumput dan hunian di musim panas

Ketika ia sedang hanyut dalam shalat malamnya, tiba-tiba datang seekor singa berjalan mengitari dirinya. Namun ia tidak bergeser atau bergerak sedikitpun dari tempatnya. Setelah selesai, beliau berpaling ke arah singa tersebut dan berkata, "Wahai singa, jika engkau memang telah diperintahkan untuk membunuh dan memakan bangkaiku, lakukanlah hal itu. Karena aku tidak memiliki senjata apapun selain perlindungan Allah semata. Namun, jika engkau tidak diperintahkan untuk membunuh dan memangsaku, pergilah dan biarkan aku melanjutkan shalatku!"

Singa itupun kemudian pergi, seakan-akan ia adalah seekor anjing yang sedang berlalu.

Salah seorang ulama pernah berkata, "Ketika kita benar-benar menanti Allah, maka Allah akan mengubah hewan yang tadinya buas nebjadi jinak. Namun, tatkala kita bermaksiat kepada-Nya, maka tikus kecil pun dapat mengalahkan dan melumpuhkan kita."

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabatnya.

Sabtu, 26 Mei 2012

Perlindungan Allah terhadap keturunan hamba-hambanya (2)

Nabi Musa a.s. dan Khidir mendatangi sebuah perkampungan dan meminta makanan kepada penduduk kampung tersebut. Namun ternyata mereka enggan untuk menjamu keduanya. Setelah itu mereka menemukan sebuah dinding rumah yang sudah hampir roboh. Dengan serta merta Khidir menegakkannya kembali. Kemudian Khidir memberikan penjelasan kepada Musa a.s. alasan dibalik perbuatannya tadi.

"Dinding rumah itu adalah milik dua orang anak yatim yang ada di kota tersebut, dan di bawahnya terdapat harta benda terpendam bagi mereka berdua, sedang ayah mereka adalah orang yang shalih. Maka Tuhanmu ingin agar mereka mencapai usia dewasa dan mengeluarkan harta tersebut sebagai sebuah rahmat dari Tuhanmu ...." (Al-Kahfi [18] : 82)

Lihatlah, kesalihan ayah dari kedua anak yatim tersebut merupakan sebab dan alasan Allah swt. sampai menjagadan memelihara keturunan mereka setelah ia wafat. 

Ketika Umar bin Abdul Aziz, seorang Khalifah pada dinasti Umawiah, di masa tuanya ia tidak meninggalkan sedikitpun harta benda untuk anak-anaknya. Dialah Khalifah yang telah menafkahkan hartanya di jalan Allah. Suatu saat, ia pernah mengumpulkan anak-anaknya, 7 orang pria dan 7 orang wanita. Dengan mata berkaca-kaca, ia berkata kepada mereka, "Aku tidak meninggalkan apapun bagi kalian, aku hanya meninggalkan Allah Yang maha Esa kepada kalian. 

Allah swt. berfirman, 

"Sesungguhnya pelindungku hanyalah Allah yang telah menurunkan Al-Qur'an, dan Dia pulalah yang akan melindungi orang-orang yang shalih" (Al-A'raf [7] : 196)

Jika kalian adalah orang-orang yang taat kepada-Nya, maka niscaya Allah akan menjaga dan memelihara kalian. Namun jika ternyata kalian durhaka kepada-Nya, maka aku tidak akan menolong kalian dalam kemaksiatan kepada-Nya"

Begitulah pendapat dan cara pandang beliau, semoga Allah swt. melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau. Tak lama kemudian beliau menghadap Yang MahaKuasa. Sementara Allah swt. terus menjaga keturunannya. Sampai salah seorang ulama mengatakan, "Anak-anaknya termasuk orang yang paling kaya kehidupannya di tengah  masyarakat pada saat itu"

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada nabi Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabatnya.

Perlindungan Allah terhadap keturunan hamba-hambanya (1)

Allah swt. akan menjaga dan memelihara keturunan hamba-hambanya, baik ketika masih hidup di dunia maupun setelah menghadap kepada-Nya.

"Allah lah sebaik-baik penolong, dan Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"

Begitulah yang pernah diucapkan Nabi Ya'qub a.s. ketika ia kehilangan belahan hatinya, Yusuf a.s.. Ia langsung teringat bahwa serigala akan memakan anak kesayangannya. Kemudian kembali terbayang olehnya bahwa ia mungkin tidak akan pernah melihat wajah anaknya lagi.  Nabi Ya'qub a.s. tersadar bahwa ia harus rela berpisah dengan belahan jiwanya. Namun apa yang ia katakan? Allah lah sebaik-baik penolong, dan Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Hasan Al-Bashri berkata, "Sejak Yusuf dan Ya'qub berpisah, selama delapan puluh tahun Nabi Ya'qub dirundung kesedihan yang sangat mendalam dan air matanya pun selalu membasahi kedua pipinya."

Kemudian Allah swt. berkenan mengembalikan Yusuf a.s. kepada ayahnya, Ya'qub a.s. Setelah sekian lama berpisah. 

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabatnya.

Pertolongan dari semua musuh-musuhnya

Banyak tulisan yang mengemukakan sejarah kehidupan Khalid bin Walid. Dikisahkan, bahwa ketika sedang berhadapan dengan pasukan Romawi, Khalid bin Walid sempat mengira bahwa jumlah kedua pasukan cukup berimbang. Ketika itu pasukan Khalid bin Walid hanya berjumlah 32 ribu orang. Sementara pasukan Romawi mencapai 280 ribu. Ketika matahari pagi mulai bersinar, pasukan Romawi mulai bergerak beserta gemuruh yang berasal dari langkah kaki mereka. Sementara pedang-pedang mereka nampak berkilauan karena terkena pancaran sinar matahari. Ribuan orang turun ke medan perang, disusul kemudian dengan ribuan orang lainnya. Hingga akhirnya mereka memenuhi arena pertempuran, baik yang ada di daratan maupun pegunungan. Kemanakah Khalid pada saat itu? Apakah ia meminta pertolongan kepada PBB? Ataukah kepada Dewan Keamanan yang ada di sana? Tidak! Namun ia kembali dan meminta pertolongan kepada Allah yang Maha Esa.

Allah berfirman, 

"Sesungguhnya bukanlah engkau yang melemparnya ketika engkau sedang melempar, namun Allah lah yang telah melemparnya!" (Al-Anfal [8]: 17)

Beberapa saat sebelum perang berkecamuk, salah seorang berkata kepada Khalid, "Wahai Khalid, betapa banyaknya jumlah pasukan Romawi dan betapa sedikitnya jumlah pasukan muslimin"

Mendengar perkataan ini, Khalid pun menangis dan berkata, "Hanya Allah tempat bergantung. Katakanlah, betapa banyaknya pasukan kaum muslimin dan betapa sedikitnya pasukan Romawi!. Aku benar-benar berharap sekiranya Al-Asyqar (nama kudanya) telah sembuh dari sakitnya, sementara pasukan Romawi memiliki jumlah yang lebih banyak."

Khalid segera menghunus pedangnya dan diikuti seluruh pasukan kaum muslimin yang turut serta berperang pada saat itu. Kedua kekuatan besar bertemu. Hanya dalam waktu tidak lebih dari 3 hari, pasukan Romawi mengalami kekalahan, kebinasaan dan kehancuran.

Demikianlah, kaum muslimin menyambut kemenangan mereka. Sia-sialah rencana dan makar orang-orang yang zalim, dan segala puji hanya bagi Allah semata.

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabatnya.

Kamis, 17 Mei 2012

Penjagaan dari kekejaman penguasa

Musa a.s merupakan contoh yang diutus Allah swt. untuk menghadapi Fir'aun, seorang pemimpin diktator. Musa a.s pergi menemuinya untuk mengajak kembali ke jalan Allah. Sebelum ia masuk ke dalam kerajaan, sempat terlintas dalam benaknya bahwa kematian telah menantinya. Siapakah yang ada di dalam istana? Dialah Fir'aun si penguasa!. Terbayang dalam benaknya pedang terhunus ... darah kematian yang merah menyala ... Fir'aun penguasa perang ... pembunuh dan seorang diktator yang sangat kejam ...!!!

Musa a.s bermunajat kepada Allah, "Ya Allah, sesungguhnya kami sangat khawatir kalau ia sampai menyiksa ataupun bertindak melampaui batas terhadap kami." (Thaha [20]: 45

Pada saat bersamaan, Allah menurunkan jawaban sebagaimana tertulis dalam Al-Qur'an, "Janganlah kalian berdua merasa takut dan gentar, karena sesungguhnya Aku selalu bersama kalian, Aku melihat dan mendengar." (Thaha  [20]: 46)

Begitulah, akhirnya Musa a.s berani mengucapkan kebenaran di hadapan Fir'aun dan Allah yang menjaga dirinya.

Nabi Musa a.s dan Fir'aun sepakat untuk menentukan hari dimana keduanya akan menunjukkan kelebihan masing-masing, hari dimulainya perseteruan antara Musa a.s dan para penyihir fir'aun. Pada hari yang telah ditentukan, orang-orang berkumpul dan Musa a.s hadir di tengah mereka berikut para penyihir Fir'aun. Musa a.s memerintahkan kepda mereka, "Lemparkanlah!" Mereka segera melemparkan tongkat dan tali yang ada di tangannya. Seketika itu, tongkat dan tali yang mereka pegang berubah menjadi ular. Kembali terbersit dalam hati Nabi Musa a.s rasa takut. Ketika itu, wahyu turun dari dzat sebaik-baik pelindung dan Dialah yang maha pengasih lagi maha penyayang,

"Jangan engkau merasa takut, karena sesunguhnya engkaulah yang lebih tinggi dari mereka." (Thaha [20]:68)

Ya, karena engkau bersama Allah!

"Janganlah kalian pernah merasa lemah dan sedih, karena sesungguhnya kalianlah yang lebih tinggi jika kalian memang benar-benar beriman." (Ali Imran [3]: 139)

Janganlah merasa lemah dan rendah, karena akidah dan keyakinan kalian lebih tinggi dan mulia. Kalian hanya tunduk dan patuh kepada Allah semata, sementara mereka tunduk dan patuh kepada sesuatu yang mereka ciptakan sendiri atau apa yang telah diciptakan oleh sebagian lainnya atas diri mereka. Manhaj hidup kalian lebih tinggi dan mulia, karena kalian berjalan di atas manhaj yang telah diturunkan Allah. Sementara mereka berjalan di atas manhaj dan aturan hidup yang telah diciptakan oleh makhluk ciptaan Allah. Peran dan kehadiran kalian di muka bumi ini pun lebih tinggi dan mulia.

Allah lah sebaik-baik penolong, dan Dia maha pengasih lagi maha penyayang.

Semoga shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.