Sabtu, 30 Juni 2012

Menjaga Lisan

Cara seseorang yang menjaga Tuhannya, di antaranya adalah dengan menjaga lisannya. Lisan (lidah) merupakan salah satu anggota tubuh yang sangat penting sekali karena segala bentuk maksiat dan perbuatan mungkar itu bermula dari lisan.

La ilaha illallah, berapa banyak orang yang terjerembab dalam kehinaan karena lisannya, dan berapa banyak orang bergelimang noda dan dosa karena lisannya. Berapa banyak orang yang amal perbuatannya tiada arti karena sum'ah.

Rasulullah saw. bersabda kepada Mu'adz, "Wahai Mu'adz, sudikah kiranya aku beritahukan kepadamu tentang semua itu?" Mu'adz menjawab, "Iya, wahai Rasulullah" lalu Rasulullah saw. memegang lidahnya dan berkata, "Jagalah ini." Mu'adz berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita ucapkan?" Rasulullah menjawab, "Demi ibumu, tidaklah muka manusia itu akan tersungkur ke dalam neraka kecuali dari terpelesetnya lisan mereka."

Allah swt. berfirman memuji hamba-Nya yang shalih, "Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna," (Al-Mu'minun [23]:3)

"Al-Laghwu" adalah segala sesuatu yang tiada nilainya sama sekali baik di dunia maupun di akhirat, atau segala sesuatu yang membawa mudharat di akhirat.

Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang menjaga antara dua rahangnya (lidah) dan kedua kakinya (kemaluan) maka aku menjaminnya masuk ke surga."

Sungguh mengherankan sekali! Banyak manusia yang menjaga anggota badannya dan merasa berdosa atas kesalahan yang dilakukannya, tetapi mengabaikan mulutnya dan yang keluar darinya ... Jarang sekali orang memahami bahayanya lidah dan menjauhkan lisannya dari kesalahan.

Berapa banyak lisan yang mengeluarkan kata-kata yang menimbulkan dosa? Berapa banyak catatan Malaikat atas semua ucapan kotor yang dikeluarkannya, dan semua itu juga tercatat di atas lembaran yang kelak akan dilihat dan dibaca olehnya? Akhirnya, ia akan merasakan penyesalan yang mendalam, sementara rasa sesal pada saat itu tiada lagi artinya.

Jagalah lisanmu, wahai manusia
jangan biarkan ia mematukmu, sesungguhnya ia adalah ular
Berapa banyak orang yang mendekam dalam kubur, karena lisannya
ia memberanikan dirinya, hingga menghantarkannya ke liang kubur

Sekiranya tidak ada tanda-tanda yang jelas,
Tentu ucapannya cukup sebagai berita yang menyadarkanmu

Beginilah lisan-lisan mereka yang selalu dipergunakan untuk mengingat surga, berjihad dan memegang teguh agama Allah swt.

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Jumat, 22 Juni 2012

Menjaga Hati

Penjagaan Allah swt. akan diturunkan manakala seorang hamba menjaga hatinya dari segala keinginan dan sesuatu yang syubhat. Jika segumpal daging ini hilang dari seorang hamba, maka semuanya akan hilang pula. Segumpal daging ini adalah hati. Rasulullah saw. menjelaskan tentang pentingnya hati sebagaimana sabda beliau,

"Ketahuilah bahwa dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika daging itu baik, maka semua tubuh akan menjadi baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka semua tubuh juga akan rusak. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati"

Jika kamu memperbaiki hati dengan cara berdzikir dan menjalankan ketaatan, maka tangan, kaki, mata, telinga, perut dan kemaluan pun akan menjadi baik. Sesungguhnya semua manusia kelak di hari kiamat akan merasa rugi dan tidak ada yang dapat membantunya, meskipun istri, anak ataupun harta yang dimilikinya, kecuali orang yang datang menghadap Allah swt. dengan hati yang selamat (dari segala penyakitnya).

Allah swt. berfirman, "(yaitu) di hari tatkala harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (Asy-Syu'ara' [26]:88-89)

Berikut ini ada beberapa pendapat para ulama terkait dengan hati yang bersih:
  • Hati yang bersih, artinya hati yang tidak bercampur dengan berbagai keinginan dan sesuatu yang syubhat
  • Hati yang bersih, artinya hati yang tidak mengenal siapapun kecuali Allah swt.
  • Hati yang bersih, artinya hati yang dipenuhi dengan kalimat La ilaha illallah Muhammadar rasulullah
Sesungguhnya hati yang bersih adalah hati yang terhindar dari segala penyakit yang berupa segala keinginan dan sesuatu yang syubhat. Terselamatkan dari kegamangan dan segala bentuk kemusyrikan. Terselamatkan dari sifat riya', angkuh, membanggakan perbuatan baiknya, dendam, dengki. Terselamatkan dari segala bentuk penyakit hati, penuh dengan kalimat tauhid dan mengagungkan-Nya, penuh dengan keikhlasan dan kebenaran, penuh dengan kepasrahan kepada Allah swt. dan hanya bersandar kepada-Nya.Bagaikan hati Nabi Ibrahim a.s., sebagaimana yang diungkapkan Allah swt. dalam Al-Qur'an, 

"Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci." (Ash-Shaffat [37]:83-84)

Dalam ayat yang lain Allah swt berfirman, "...dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya..." (At-Taghabun [64]:11)

Dan barangsiapa yang sujud menghadap kepada-Nya, maka Allah swt. menunjukkan hatinya. Barangsiapa yang melangkahkan kakinya ke mesjid, maka Allah swt. akan menunjukkan hatinya. Dan barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya, maka Allah swt. juga akan menunjukkan hatinya.

Allah swt. tidak akan menjadikan Anda seperti orang yang duduk terlena di kafe bercanda ria, berbuat kejahatan, mendengarkan lagu-lagu cengeng dan berucap serta berbuat sesuatu yang tiada nilainya, sementara Anda melangkahkan kaki untuk menuntut ilmu, mendatangi majelis dzikir, dan berkumpul dengan orang-orang mendengarkan pengajian. Tidak, sungguh Allah swt. tidak akan menjadikanmu seperti mereka.

Adapun orang yang mendengar dan melakukan petunjuk-Nya, dia akan memalingkan dirinya dari perbuatan yang hina, dia juga merasa jijik dan menjauhinya. Karena jika tidak, perbuatan yang demikian itu amat berbahaya. Selamanya mereka tidak akan mendapat petunjuk-Nya.

Untuk itu, hendaknya orang beriman senantiasa memperhatikan hatinya dan selalu mengawasinya. Hendaknya pula ia menjauhkannya dari segala penyakit karena hati acap kali terjangkit penyakit yang tersamar, sedikit sekali ada orang yang memperhatikannya dengan jeli. Dan ketahuilah, bahwasanya perbuatan shalih itu akan dilipat gandakan Allah swt. sesuai dengan pengagungan hatinya terhadap keagungan Allah swt. dan kecintaan kepada-Nya.

Berapa banyak orang yang melakukan perbuatan shalih yang sama bentuknya, namun nilainya berbeda di sisi Allah swt., perbedaannya bagaikan langit dan bumi. Ketahuilah bahwa yang menjadi penyebab perbedaan itu adalah sesuatu yang tersimpan dalam hati masing-masing.

"Ketahuilah bahwa dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika daging itu baik, maka semua tubuh akan menjadi baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka semua tubuh juga akan rusak. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati"

Wallahu a'lam

Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., beserta keluarga dan sahabatnya.


Sabtu, 09 Juni 2012

Shalat Khusyuk

Ketahuilah bahwa kita hanya akan mampu mencapai shalat khusyuk dengan 3 cara:

1. Melaksanakan shalat tepat waktu

Allah swt. tidak akan menerima shalatmu apabila kamu dengan sengaja menundanya hingga habis waktu tanpa ada alasan yang dibenarkan secara syara'. Sia-sialah shalatmu, dan sebaliknya shalatmu justru akan dilemparkan ke mukamu sambil berkata, "Allah telah mengabaikanmu sebagaimana engkau telah mengabaikanku!' Selain itu, shalat merupakan hal pertama yang akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat kelak. Maka, barang siapa yang mau menjaganya, niscaya Allah swt. akan memelihara dirinya pada hari dimana akal dan fikiran seseorang sudah tidak lagi berfungsi. Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Ibnu Mas'ud ketika beliau ditanya tentang perbuatan apakah yang paling baik? Beliau menjawab, "Mendirikan shalat pada waktunya."

2. Mengerjakan shalat dengan berjamaah

Shalat fardhu haruslah dikerjakan secara berjamaah, kecuali karena alasan tertentu yang memang dibenarkan oleh syara'. Ketika suara azan telah memanggil dengan seruannya, "Hayya 'alash shalah ... Hayya 'alal falah .. (mari kita dirikan shalat ... mari kita gapai kebahagiaan ..)", maka segeralah bangkit dari tempat tidur dan pergilah ke masjid agar Allah berkenan menjaga dan melindungimu.

3. Melakukannya dengan khusyu' dan tadarru'

Yaitu, dengan membiarkan diri kita larut dan melebur bersama bacaan imam sambil menyimak bacaan Al-Qur'an yang sungguh luar biasa, bacaan yang mampu mengetuk pintu hati dunia. Perlu diingat sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Ibnul Qayyim r.a. bahwa kondisi seseorang di padang mahsyar pada hari kiamat kelak, sama seperti kondisi dirinya ketika sedang melaksanakan sholat.


Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Senantiasa menjaga shalat

Allah swt. telah menyebut rutinitas ibadah shalat dengan "menjaga dan memelihara". Di dalam surah Al-Ma'arij ayat 34, Allah swt berfirman, "... dan mereka-mereka yang senantiasa memelihara shalat mereka". Maka,  barang siapa yang senantiasa menjaga ibadah shalatnya, baik dari sisi ketepatan waktu, kekhusyukan, ketundukkan, maupun mendirikannya dengan berjamaah, niscaya Allah swt. akan menjaga dirinya di saat orang-orang mengalami kebinasaan dan kehilangan pegangan.

"Sesungguhnya shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar" (Al-Ankabut [29]: 45)

Ketika sedang menghadapi sakaratul maut akibat tikaman di tubuhnya, Umar bin Khaththab masih berpesan. Sambil menangis beliau berkata, "Jagalah selalu shalat kalian! Karena orang yang meninggalkan shalat tidak memiliki bagian apapun dalam Islam."

Barang siapa yang senantiasa menjaga shalatnya, niscaya Allah swt. akan menjaga dirinya. Barang siapa yang menyia-nyiakan-Nya, maka Dia juga akan menelantarkan dirinya.

Sayyidina Umar r.a. pernah menulis sepucuk surat kepada para penguasa dan gubernur saat itu. Isi suratnya adalah, "Peliharalah selalu shalat, karena ia merupakan yang pertama ada dalam Islam, juga yang terakhir hilang dari agama kalian."

Allah swt. berfirman,

"Peliharalah semua ibadah shalatmu, begitu pula shalat al-Wustha (ashar), dan berdirilah menghadap Allah dengan khusyu' ketika kalian sedang melaksanakannya" (Al-Baqarah [2]: 238)

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Bagaimana cara seorang hamba menjaga hak-hak Tuhannya?

Rasulullah saw. mengaitkan perlindungan Allah swt. terhadap hamba-Nya dengan kemampuan hamba tersebut dalam menjaga dan menunaikan hak-hak Tuhannya, sebagaimana sabda beliau,

"Jagalah (hak-hak) Allah, niscaya Dia akan menjaga dirimu"

Siapa di antara kita yang ingin menjaga dan menunaikan hak-hak Allah swt., sehingga Dia juga berkenan menjaga diri kita? Bukankah Allah swt. sendiri berfirman, 

"Inilah kiranya yang telah dijanjikan kepada kalian, hamba-hamba yang selalu kembali kepada Allah dan senantiasa menjaga hak-hak Nya" (Qaf [50]:32)

Yang dimaksud "kembali kepada Allah" disini adalah dengan banyak bertaubat, menyesal, beribadah, dan memohon ampun kepada-Nya. Sementara yang dimaksud dengan "menjaga" dalam ayat ini adalah mereka yang senantiasa menjaga batasan-batasan yang telah ditetapkan Allah swt..

Ringkasnya, yang dimaksud dengan menjaga hak-hak Allah disini adalah dengan bertakwa kepada-Nya. Takwa dalam artian,
  • Melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
  • Memasang tirai pembatas antara kita dan azab Allah swt..
  • Memposisikan Allah swt. sebagai satu-satunya Dzat yang paling kita takuti. Secara umum ketika hubungan kita dengan seseorang semakin erat, maka rasa aman pun akan semakin tumbuh. Berbeda halnya dengan kedekatan kepada Allah swt., karena semakin kita dekat dengan-Nya, maka kita akan merasa semakin takut kepada-Nya.
Allah swt. pernah mengingatkan, "Sesungguhnya mereka yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah Ulama" (Fathir [35]:28)

Ali bin Abi Thalib r.a. pernah memberikan definisi lain tantang takwa. Beliau berkata, "Takwa adalah takut kepada Allah swt. melaksanakan segala sesuatu yang datang dari-Nya, ridha dengan karunia-Nya walaupun sedikit, dan menyiapkan diri untuk menyambut datangnya kematian"

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Sabtu, 02 Juni 2012

Orang-orang yang tidak menjaga hak-hak Allah swt.

Mari kita lihat sosok Fir'aun yang pernah memimpin Mesir yang di dalamnya mengalir berbagai anak sungai. Berbagai macam buah-buahan dan kebaikan tumbuh di sana. Namun sayang, Fir'aun tidak menjaga hak-hak Allah swt., maka Allah swt. tidak berkenan memelihara dirinya. Akhirnya Allah swt. menenggelamkannya di tengah laut.

Allah swt. berfirman, "Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan. Begitu pula kebun-kebun dan tempat-tempat yang indah, serta berbagai kenikmatan yang dulu mereka rasakan. Demikianlah, dan akhirnya Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain. Maka langit dan bumi tidak sekalipun menangisi mereka, sementara (azab) mereka tidaklah ditangguhkan." (Ad-Dukhan [44]:25-29)

Begitu pula Qarun, orang yang dikaruniai Allah swt. harta kekayaan yang jumlahnya tidak bisa dibayangkan. Namun sayang, ia enggan menunaikan hak-hak Allah, tidak pula mau mendengarkan nasihat orang-orang shalih di masanya. Bahkan sebaliknya, ia berkata, "Sesungguhnya semua ini kuperoleh karena ilmu dan kemampuan yang kumiliki sendiri." (Al-Qashash [28]:78)

Ia semakin angkuh dan sombong. Akibatnya Allah swt. menenggelamkannya beserta rumah dan seluruh harta kekayaan yang dikaruniakan Allah swt. kepadanya ke dalam perut bumi. Begitulah akhir kehidupannya. Qarun harus menanggung kerugian di dunia dan kemalangan di akhirat, dan itulah kerugian yang nyata.

Pada masa dinasti Abbasiyah, tepatnya pada masa kepemimpinan Harun Ar-Rasyid, terdapat beberapa orang petinggi negara yang dikenal dengan sebutan "Al-Baramikah", Allah swt telah memberinya amanah kepada mereka harta berupa emas dan perak. Istana mereka dihiasi dengan cat warna-warni. Bahkan sebagian sejarawan menyebutkan bahwa istana mereka diberi warna yang berasal dari cat emas. Namun sayang, terlalu banyak perintah Allah swt. yang mereka abaikan. Kehidupan di dalam istana justru dipenuhi dengan berbagai bentuk kedurjanaan dan kemaksiatan kepada Allah swt.. Mulai dari nyanyian, minuman keras, hal-hal yang tidak baik, sampai shalat yang tersia-siakan. Hingga akhirnya, Allah swt. mencabut semua yang telah diberikan kepada mereka. Karena sebenarnya Allah swt. hanyalah menunda namun tidak lupa, dan sesungguhnya apabila Dia menginginkan sesuatu maka cukup mengucap 'Jadilah', maka semua akan menjadi kenyataan. La ilaha illallah ... betapa Agungnya Engkau ya Allah ...

Para petinggi tersebut harus menghadapi sebuah kenyataan pahit di pagi hari. Allah swt. jadikan orang yang paling mereka cintai selama ini justru berkuasa atas diri mereka sendiri, yaitu Harun Al-Rasyid. Dahulu, ia layaknya sahabat dan saudara. Namun akhirnya, ia murka atas perbuatan mereka. Sehingga ia kumpulkan semua pemuda dari kalangan mereka kemudian ia bunuh semuanya tepat sebelum waktu zuhur. Ia tangkap orang tua yang ada dan kemudian ia masukkan mereka ke dalam penjara. Sementara itu, anak-anak mereka dimasukkan ke dalam ruang tahanan bawah tanah. Selebihnya ia sekap kaum wanita mereka di dalam sebuah ruangan. Tangis dan derai air mata terlihat di sana-sini. 

Salah seorang diantara petinggi tersebut yaitu, Yahya bin Khalid Al-Barmaki pernah ditanya, "Apa yang menyebabkan kalian sampai seperti ini, dalam kegelapan setelah sebelumnya bergelimang kenikmatan, hidup bersama emas dan sutera, mengenakan pakaian yang indah menakjubkan?"

Sambil menangis ia menjawab, "Ini semua tak lain akibat doa yang dipanjatkan orang-orang yang terzalimi selama ini di tengah malam. Kami lalai akan doa mereka, namun Allah swt. tidak pernah melalaikannya."

Dalam salah satu hadits shahih, Rasulullah saw. pernah berpesan kepada Mu'adz, beliau berkata, "Waspadalah terhadap doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang terzalimi, karena tidak ada lagi yang dapat membatasi antara Allah dan doa yang mereka panjatkan."

Harun Al-Rasyid kemudian membunuh petinggi "Al-Baramikah". Sementara orang tua mereka yang sudah renta harus tetap tinggal di dalam penjara selama tujuh tahun lamanya. Kuku mereka terlihat panjang, dan kumisnya tak terawat karena tidak menemukan pemotong kuku ataupun pisau pencukur kumis serta siwak untuk membersihkan giginya. Mereka terpaksa harus berwudhu dan menangis di tempat yang sama, bahkan untuk membuang hajat sekalipun!. Begitulah mereka harus menjalani hidupnya di dalam penjara setelah sebelumnya tenggelam dalam kenikmatan ... setelah sebelumnya menggunakan gaun dari sutera dan pakaian yang sangat indah.

Mereka tinggal di puncak gunung yang akan melindungi
Namun ketika mereka dikalahkan, puncak yang tinggi itu jadi tak lagi berarti
Mereka harus jatuh tersungkur setelah hidup dalam kemuliaan
Terhempas ke dalam kuburan, oh ..., betapa buruknya tempat yang demikian

Allah lah sebaik-baik penolong, dan Dia lah yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang

Siapa yang mampu mengubah segalanya kalau bukan Allah? Siapa yang ditangannya terdapat kunci-kunci kenikmatan dunia kalau bukan Allah? Subhanallah!

Allah swt. titipkan kekuasaan di muka bumi ini kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah swt. juga yang mencabut kekuasaan tersebut dari siapa saja yang diinginkan-Nya. Allah lah yang memberikan kemuliaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa saja yang diinginkan-Nya.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya.

Rindu Umar

Salah seorang sastrawan muslim pernah mengatakan, tepatnya ketika ia melihat bagaimana Israel mengepung negara-negara Islam dan merampas Al-Quds, sementara Rusia merampok Afganistan, katanya:

Wahai Umar Al-Faruq, mungkinkah engkau kembali lagi
karena pasukan Romawi telah berkuasa kembali
Awan perjuanganmu, mengacungkan senjata di dalam gua
dan prajurit-prajuritmu shalat dan bertakbir di Hittin

Dunia ini tak berarti bagimu
karena engkau ibarat Thariq bin Ziyad yang pergi dan berlabuh
Wanita Palestina harus berhias dengan celak mata penuh duka
dan di Betlehem menanti para bidadari yang sangat jelita

Jeruk Yaff telah mengering di pohonnya
apakah mungkin sebuah pohon berbuah tatkala ia berada di tangan para durjana?

Allah lah sebaik-baik penolong, dan Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabat.

Jumat, 01 Juni 2012

Shilah bin Asyim

Shilah bin Asyim pernah berperang bersama Qutaibah di Khurasan. Shilah sudah terbiasa menghabiskan waktu antara Isya dan Subuh dengan shalat, beribadah kepada Allah swt., dan menangis karenanya. Qutaibah bin Muslim pernah berkata memuji dirinya, "Segala puji bagi Allah swt. yang telah menghadirkan orang sepertimu di tengah pasukanku"

Ketika ingin menunaikan shalat malam, Shilah mengambil jubah mahalnya seharga seribu dinar dan memberinya minyak wangi. Beliau berkata, " Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahaindah dan menyukai yang indah. Jubah ini kupakai hanya karena-Mu semata". Beliau mengenakannya di waktu malam dan menanggalkannya di waktu siang.

Beliau tinggalkan pasukan dan bergegas menuju hutan ketika mereka semua larut dalam tidurnya. Beliau shalat dan menangis di sana. Semua itu beliau lakukan ketika ia berjihad fi sabilillah, dekat dengan Kabil yang telah kami sia-siakan begitu saja di saat dulu kami menyia-nyiakan kalimah La Ilaha Illallah!

Demi jiwaku, betapa indah hamparan bumi
Betapa menawan padang rumput dan hunian di musim panas

Ketika ia sedang hanyut dalam shalat malamnya, tiba-tiba datang seekor singa berjalan mengitari dirinya. Namun ia tidak bergeser atau bergerak sedikitpun dari tempatnya. Setelah selesai, beliau berpaling ke arah singa tersebut dan berkata, "Wahai singa, jika engkau memang telah diperintahkan untuk membunuh dan memakan bangkaiku, lakukanlah hal itu. Karena aku tidak memiliki senjata apapun selain perlindungan Allah semata. Namun, jika engkau tidak diperintahkan untuk membunuh dan memangsaku, pergilah dan biarkan aku melanjutkan shalatku!"

Singa itupun kemudian pergi, seakan-akan ia adalah seekor anjing yang sedang berlalu.

Salah seorang ulama pernah berkata, "Ketika kita benar-benar menanti Allah, maka Allah akan mengubah hewan yang tadinya buas nebjadi jinak. Namun, tatkala kita bermaksiat kepada-Nya, maka tikus kecil pun dapat mengalahkan dan melumpuhkan kita."

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabatnya.