Jumat, 10 Agustus 2012

i'tikaf dan lailatul qadr

kultwit by Felix Siauw


I’tikaf berasal dari kata 'akafa yang artinya menahan di dalamnya atau menetapi sesuatu. Makna syariat i’tikaf adalah berdiam diri dalam masjid sejenak dalam kondisi yang dikhususkan, niat mendekatkan diri pada Allah. I’tikaf bisa dilakukan di sepanjang waktu dalam satu tahun, tidak dibatasi kapan, hanya pada bulan ramadhan, lebih diutamakan. Tidak ada perbedaan ulama, bahwa i’tikaf hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang kuat), terutama pada 10 hari terakhir ramadhan. Dari Aisyah ra, 

"bahwa Nabi biasa i’tikaf pada 10 hari terakhir ramadhan, hingga Allah Swt. Mewafatkannya" (HR Bukhari Muslim). 

Mayoritas ulama fiqh juga menyampaikan bahwa setiap Masjid layak dilakukan i’tikaf didalamnya, lebih utama bila ia Masjid Jami'. 

"Janganlah kamu campuri mereka itu (isteri-isterimu), sedang kamu i’tikaf dalam masjid" (QS 2: 187), itulah dalil i’tikaf di masjid. 

Memulai i’tikaf bisa kapanpun, Rasul biasa memulai saat shalat shubuh, namun itu tidak menjadi batasan, boleh pagi, siang, sore, malam. Tentang jangka waktu i’tikaf, pendapat paling kuat adalah yang mengatakan bahwa i’tikaf minimal dengan waktu yang bisa disebut berdiam diri. Jadi, walau hanya dari maghrib - isya kita menanti di Masjid dan berdiam diri disana, itupun sudah termasuk i’tikaf bagi kita. Saat i’tikaf, boleh untuk keluar Masjid untuk keperluan syar'I,  misal: mandi, buang air kecil, buang air besar dan semisalnya. Membawa kasur untuk tidur di Masjid saat i’tikaf juga dibolehkan, mengunjungi istri di Masjid dan berduaan dengannya pun boleh. dari Aisyah, 

"Nabi saw menjulurkan kepalanya padaku saat i’tikaf di Masjid, aku menyisirnya padahal aku sedang haid" (HR Bukhari). 

Artinya Rasul menjulurkan kepalanya keluar Masjid dan Aisyah menyisirnya (sedang badannya tetap di Masjid), i’tikaf sah saja begitu. Bagi Masjid yang tidak menyediakan makanan berbuka ataupun sahur, boleh pula istrinya mengantarkannya ketika sedang i’tikaf. Yang membatalkan i’tikaf adalah: 

1. Jima' (bersetubuh) dengan istri 
2. Keluar dari Masjid tanpa ada keperluan yang syar'i. 

Saat i’tikaf lakukan amal-amal salih sebanyaknya, seperti mengkaji Al-Qur'an dan Al-Hadits, berdzikir, berdoa, bershalawat dan semisalnya. Pada malam harinya perbanyak qiyamullail dengan shalat malam dan tadarus Al-Qur'an. Hidupkan malam-malam i’tikaf dengan ibadah, apalagi di dalam Ramadhan ada malam yang lebih baik dari 1000 bulan (lailatul qadr).

Bagi yang menghidupkan malam dengan ibadah,  "diperlihatkan padaku lailatul qadr, lalu aku dilupakan tentangnya, carilah pada malam-malam ganjil 10 hari terakhir" (HR Bukhari Muslim). 

Dari Abu Said ra, Rasul bersabda, "maka carilah (lailatul qadr) pada kesembilan, ketujuh, kelima (hari yang tersisa)... (HR Muslim). 

Dari Ibnu Umar, Rasul bersabda, "barangsiapa yang ingin mencarinya (lailatul qadr), carilah pada 7 hari terakhir" (HR Bukhari Muslim). 

"cari lailatul qadr pada 10 hari terakhir, jika salah seorang dari kalian lemah, jangan dikalahkan pada 7 hari yang tersisa" (HR Muslim). 

Kesimpulannya, dari banyak hadits, kita dapatkan lailatul qadr sangat mungkin terjadi di hari-hari ganjil pada 10 hari terakhir ramadhan. yaitu tanggal 21, 23, 25, 27, 29 Ramadhan. Lebih aman lagi, perbanyak qiyamul lail pada 10 hari terakhir, mesti dapet lailatul qadr. Apa saja yang dilakukan dalam rangka berburu lailatul qadr di 10 hari terakhir? 

Tentu amalan yang menghidupkan malam. Perbanyaklah sedekah 10 hari terakhir ini, perbanyak shalawat dan doa, dzikir dan shalat, juga tadarus Al-Qur'an, jangan lengah lalai. Hidupkan malam dengan tahajjud, shalat jangan sampai terburu-buru, ingat bahwa lailatul qadr juga ditentukan kualitas ibadah. 

Satu waktu Aisyah pun bertanya pada Rasulullah "jika aku menjumpai lailatul qadr apa yang harus aku ucapkan?". Nabi bersabda, "katakan 'Allahumma innaka afuwun, tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni" (HR Ahmad). Artinya "Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, yang senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku". 

Berikut pula ciri-ciri lailatul qadr yang pernah disampaikan oleh Rasulullah. “(lailatul qadr) adalah malam yang sejuk, tidak panas dan tidak dingin, pada pagi harinya matahari berwarna merah lemah (HR Abu Dawud). 

"ciri lailatul qadr adalah bahwa malam tersebut bersih berseri, seolah ada purnama yang bersinar, terang tenteram, tidak dingin dan juga tidak panas, dan tidak boleh ada bintang dilemparkan di malam itu hingga pagi, bahwa matahari di pagi harinya keluar dan bertahta tanpa cahaya, seperti rembulan di malam purnama" (HR Ahmad). 

Bagi yang memulai puasa Jum'at 20/07, maka semalam adalah tgl 21 ramadhan, yang mulai puasa Sabtu 21/07, maka malam ini adalah tgl 21 ramadhan. Tiada perlu dihitung-hitung, Lailatul qadr akan kita dapatkan bila kita selalu qiyamul lail 10 hari terakhir ini. InsyaAllah,  doakan umat agar segera bangkit, doakan Islam agar kembali memimpin, dan doakan kita termasuk barisan pejuangnya!. Ya Allah, karuniakan kami kekuatan dan keistiqamahan beribadah agar dapatkan lailatul qadr di tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar