Jumat, 20 April 2012

Karakteristik orang yang beruntung


“Alif Lam Mim, Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagiaan rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman  kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Al-Baqarah [2]: 1-5)


Firman Allah swt. “...petunjuk bagi mereka yang bertakwa...” (Al-Baqarah [2]:2)
Mengapa Allah swt. tidak menggunakan redaksi orang-orang muslim? Karena orang-orang muslim itu ada beberapa tingkatan:
1. Di antara mereka ada yang melakukan dosa-dosa besar, sehingga mereka tidak mendapatkan hidayah secara sempurna
2.  Di antara mereka ada yang melakukan dosa-dosa kecil secara terus menerus, sehingga mereka juga tidak mendapatkan hidayah secara sempurna & menyeluruh
3. Orang yang bertakwa, Allah swt. berfirman, “...bagi mereka yang bertakwa...” (Al-Furqân [25]:74)

Merekalah orang yang memperoleh hidayah dari Al-Qur’an. Mereka juga menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk jalan hidupnya, sehingga mereka melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya, mengambil hukum dari-Nya dan menolak dengan tegas adanya penyerupaan atas-Nya.
Umar bertanya kepada Ibnu Ka’ab, “Beritahukan aku maksud dari takwa?” Ibnu Ka’ab balik bertanya, “Apakah kamu pernah melihat duri di muka bumi ini pada saat kamu berjalan?” “Iya,” jawab Umar. Ibnu Ka’ab lalu bertanya, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab, “Terkadang aku menghindar darinya dan terkadang duri itu melukai kulitku.” Ibnu Ka’ab akhirnya menyimpulkan, “Ya, begitu juga dengan takwa!”
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar ketakwaan kita terpatri dalam diri kita, diantaranya:
1.       Senantiasa merasa diawasi Allah swt.
2.       Melaksanakan semua kewajiban dan ketaatan kepada-Nya yang disertai dengan ketulusan hati.

Allah swt. berfirman, “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, ...” (Al-Baqarah [2]:3).
Al-Ghaib artinya segala sesuatu yang tidak bisa ditangkap panca indra. Mereka percaya dan membenarkan Nabi Muhammad saw. yang telah memberitakan kepada mereka bahwa disana ada yang namanya surga, neraka, perhitungan amal, pahala dan dosa. Di sana juga terdapat shirath yaitu jembatan pemisah antara surga & neraka. Di sana terdapat kenikmatan yang abadi dan siksaan yang begitu pedih. Di sana ada Tuhan yang Mahaadil dan Mahabijaksana, Mahakuasa dan Berkehendak, Maha Melihat dan Mendengar, Dzat yang bersemayam di arasy-Nya, Dzat yang hanya cukup mengatakan ‘Jadi!’ maka semua akan menjadi kenyataan, bagi-Nya semua kerajaan dan segala urusan manusia.
Maka, berbahagialah kita jika kita mempercayai semua yang diberitakan Rasulullah saw. meskipun kita belum pernah bertatap muka dengan beliau. Kita juga pantas berbahagia di saat tertanam dalam kalbu keimanan kita yang kokoh terhadap pencipta jagad raya ini meskipun kita belum pernah menatap-Nya.

Firman Allah swt. “...dan mereka yang mendirikan shalat ...” (Al-Baqarah [2]: 3)
Manusia terbagi menjadi dua golongan, yaitu: golongan orang yang mendirikan shalat dan golongan orang yang melaksanakan shalat. Siapa yang hanya melaksanakan shalat, maka kemungkaran, kedurjanaan dan kekejian tidak akan terlepas dari kebiasaannya. Berbeda bagi mereka yang mendirikan shalat, maka shalatnya akan melepaskan dirinya dari perbuatan mungkar, kedurjanaan dan perbuatan keji.
Salah seorang ulama berkata, “yang dimaksud dengan mendirikan (shalat) adalah pelaksanaan shalat dengan disertai keikhlasan, kekhusyukan, dan penghayatan atas setiap kalimat yang diucapkan dalam shalat mulai dari takbir, ruku’, sujud sampai salam.”

Lalu Allah swt. melanjutkan firman-Nya, “...menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka ...” (Al-Baqarah [2]: 3)
Artinya, mereka diminta menginfakkan sebagian karunia yang diberikan Allah swt.
Mereka tidak membiarkan bumi, saat diajukan kepadanya permintaan. Untuk memenuhi kebutuhan dua hari kemenangan. Tapi mereka menampakkan keceriaan yang terpancar dari mukanya. Disaat permohonan itu disampaikan kepadanya.

Allah swt. berfirman, “ ...dan merekalah orang-orang beruntung...” (Al-Baqarah [2]: 5).
Artinya, merekalah orang-orang yang meraih kebahagiaan, kesuksesan dan kedamaian secara lahir maupun batin. 

Semoga Allah swt. menjadikan kita termasuk bagian dari orang-orang yang dapat meraih keberuntungan, orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat, orang-orang yang beriman terhadap yang ghaib dan orang-orang yang sudi mengeluarkan sebagian harta kekayaan yang dikaruniakan Allah swt. kepada kita. Wallahu a’lam.

Semoga keselamatan dan kedamaian selalu tercurah kehadirat baginda Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan sahabatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar